Minggu, 31 Mei 2015

Noktah Merah PRD [Bagian 2]

Kamera sementara di pindahkan ke Yogyakarta. Sebelum menempati bangunan yang sekarang, Fakultas Filsafat UGM berada di salah satu ruangan di Gedung Pusat UGM. Kalau saudara saudari pernah nonton film “Cintaku di Kampus Biru”, ada ruangan perkuliahan yang ditampilkan, itulah Gedung Pusat UGM. Konon, gedung ini diarsiteki oleh Sukarno. Dulu di halamannya ada pohon cemara berjumlah tujuh, entah sekarang. Di ruang Fakultus Filsafat itulah bersarang mahasiswa-mahasiswa generasi Arjuna. Mereka rata-rata berasal dari kelas menengah. Awalnya berpakaian perlente, tapi karena sumpek dengan kondisi sosial kampus, mereka berubah hidup bohemian. Mungkin terinspirasi gerakan hippies di Amrik, mereka memilih hidup menggelandang. Pakaian mereka yang awalnya bagus-bagus, dibiarkan jadi lusuh dan kucel, tak pernah diganti selama berbulan-bulan. Celana jean dibiarkan robek-robek. Mereka tak pernah mandi. Tubuh dibiarkan penuh panu. Rambut gondrong, mata merah kurang tidur. Siang malam dihabiskan untuk mabuk-mabukan. Jarang masuk kuliah. Kalaupun masuk kuliah memakai pakaian yang aneh-aneh: pakai sarung, wajah lusuh belum terbilas air, kaos oblong, dan rambut gimbal. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 30 Mei 2015

Laju Pertumbuhan Penduduk Harus Ditekan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan bisa menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dari 1,46% atau sekitar 5 juta jiwa menjadi 1,2% atau 3 juta jiwa per tahun pada 2016. “Kami bersama jajaran di lapangan akan bekerja keras merumuskan langkah strategis untuk memastikan pencapaian program pengendalian penduduk, KB dan pembangunan keluarga,” kata Kepala BKKBN, Surya Chandra Surapaty. Surya Chandra menjelaskan, pada pertemuan konsolidasi perencanaan program 2016 yang diikuti sekitar 300 peserta perwakilan BKKBN dari seluruh provinsi di Indonesia tersebut membahas langkah strategis sebagai komitmen guna menjawab berbagai persoalan yang belum tercapai beberapa indikator dalam satu dasa warsa terakhir. Lihat Selengkapnya

Noktah Merah PRD

Selama ini, narasi yang muncul tentang sejarah PRD lebih banyak sekadar mastrubasi kejayaan masa lalu. Sejarah dicetak tidak berlandaskan pada dinamika kader, tapi mendompleng pada sejarah besar: penggulingan Suharto, pemilu, pergantian kekuasaan dan narasi-narasi besar lainnya. Sehingga, kalaupun ada kritik oto kritik hasilnya mengawang, tidak menjangkar pada bumi. Peranan kader ditenggelamkan dalam bombastis megalomania kejayaan. Kader dianggap ada sebatas ia dipenjara dan diculik. Di luar itu, kader hanya angka. Padahal pengalaman kader yang bertumbuh dengan partai pelopor sangat kaya. Kisah mereka adalah kisah partai. Tentu saja termasuk kisah asmaranya. Sebagai suatu contoh, kisah asmara Panjul Ridowi dengan Sukaisih, bisa dipakai untuk melihat sejarah awal PRD lebih utuh. Lihat Selengkapnya

Jumat, 29 Mei 2015

AGRA Kecam Intimidasi dan Teror Pada Petani Takalar Sulawesi Selatan

Aliansi Gerakan Reforma Agraria mengecam aksi teror yang dilakukan Brimob dan preman sewaan PT Perkebunan Nusantara PTPN XIV Takalar, Sulawesi Selatan. Teror itu untuk melindungi PTPN XIV dalam perampasan tanah masyarakat yang begitu masif. “Pengelolaan secara paksa oleh pihak PTPN XIV terhadap lahan konflik, intimidasi serta kekerasan yang dilakukan Brimob terhadap kaum tani di Takalar merupakan bukti jika Jokowi sama sekali tidak punya itikad menyelesaikan konflik agraria dan melaksanakan reforma agraria,” kata Rahmat Ajiguna, Sekjen AGRA melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (29/5). Karena itu, AGRA menuntut Jokowi untuk segera melaksanakan reforma agraria dengan cara mendistribusikan tanah-tanah konflik kepada kaum tani dan rakyat. Bahkan menjamin hak seluruh rakyat Indonesia atas tanah seperti yang tercantum Undang-Undang Pokok Agaria 1960 dengan peruntukan tanah sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat dan itu amanat UUD 1945, kata Rahmat yang juga sekjen Asean Peasant Coalition. Lihat Selengkapnya

Kamis, 28 Mei 2015

Republik Congyang

Agus Jabo, ketua PRD, merupakan pemabuk yang tangguh. Ia bisa menghabiskan bir berbotol botol dalam sekali perjamuan minum. Segala jenis minuman yang memabukkan, mulai dari cap tikus sampai congyang, pernah ia tenggak. Paskah kalau dia mimimpin PRD sebagai partai elektoral untuk bertarung dengan partai lain pada tahun 2014? Dalam tradisi kiri, banyak pimpinan partai yang gemar menenggak minuman keras. Mao dan Stalin bisa dijadikan contoh. Toh, walaupun pemabuk, mereka berhasil memimpin revolusi. Tapi itu di Tiongkok dan Soviet. Indonesia tentu beda. Setiap tanah punya karakter masing masing. Tiongkok cocok ditananami shorgum -sejinis gandum– tapi tidak di Indonesia. Lihat Selengkapnya

Rabu, 27 Mei 2015

Tantangan Sosial Jokowi

Indonesia ternyata jauh tertinggal dalam hal capaian pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan fondasi untuk kesejahteraan, dan pemberian kesempatan untuk rakyat. Gaungnya memang tak senyaring berita dan gosip politik nasional. Tetapi, Social Progress Index atau Indeks Kemajuan Sosial 2015 yang diluncurkan bulan lalu punya nilai sangat strategis dan patut diadopsi. Social Progress Index menjadi tolok ukur sejauh mana negara telah memberikan perhatian dan pelayanan yang serius terhadap rakyat. Indonesia tampaknya tak cukup punya prestasi dibanding banyak negara lain, bahkan dari negara di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika yang produk domestik bruto (GDP) jauh lebih kecil. Ini tentu pekerjaan rumah yang perlu diseriusi oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Lihat Selengkapnya

Selasa, 26 Mei 2015

Melawan Penistaan Buku

Ya Tuhan, koleksi buku di perpustakaan itu gila. Ada banyak sekali buku-buku klasik dan penting terbitan Pustaka Jaya, Graffiti Press, juga LP3ES. Per judulnya dikasih banyak serep, jadi nggak cuma satu eksemplar. Saya comot satu buku yang paling bikin saya ngiler, Pemberontakan Petani Banten-nya Pak Sartono Kartodirdjo. Setelah skimming beberapa halaman, sampailah di halaman paling belakang tempat bertengger daftar peminjaman. Mata saya langsung mendelik. Peminjaman terakhir dilakukan pada tahun 1990-an. Mungkin 1995. Lebih dari sepuluh tahun buku ini nggak ada yang nyentuh!! Itu berarti minimal sudah satu dasawarsa buku penting tersebut ditelantarkan, dizalimi, tidak mendapat kesempatan untuk menjalankan fungsi yang semestinya dalam peradaban! (Uhuk!) Lihat Selengkapnya

Senin, 25 Mei 2015

Rohingya: Etnis yang Dihapus

Rohingya menjadi contoh paling aktual bagaimana kelompok sosial dianggap bukan etnis, bukan anggota suatu bangsa, dan bukan warga negara mana pun. Bagaimana mungkin kelompok masyarakat manusia dengan jumlah sekitar 1 juta orang dianggap sekelompok spesies manusia tak dikenal? Kebutuhan negara adalah angka-angka objektif secara statistik. Maka definisi etnis pun dituntut mudah dikonversi pada angka. Misalnya: adanya lokasi yang pasti dalam peta, kesamaan bahasa, kesamaan ras, adanya sejarah tentang asal-usul dan populasi dalam ruang tertentu. Logika ini menjadi patokan untuk menentukan apakah suatu golongan etnis itu sahih ada atau tidak. Lihat Selengkapnya

Minggu, 24 Mei 2015

Hidoep Bahasya Endonesya

Saya tuliskan empat kata di atas kertas: BAD, BAT, BED, dan BET. “Gimana kalian ngucapin ini? Coba satu-satu,” kata saya. Mereka pun membaca kata-kata itu satu persatu. Hasilnya, meskipun tetap ada bedanya satu sama lain, kuping Mbantul saya mesti bekerja ekstra-keras untuk mencernanya. Itu pun mereka sudah sangat pelan membaca, tidak secepat waktu ngobrol. Saya jamin, kalau salah satu kata itu diucapkan sewaktu ngobrol, saya harus bertanya satu-dua kali untuk memastikan apakah yang mereka maksud itu BURUK, atau KELELAWAR, atau RANJANG, atau TARUHAN. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 23 Mei 2015

Emoji Kalahkan Kata Gaul Internet

Manakah yang Anda sukai untuk melakukan komentar atau membalas tweet seseorang atau melakukan update di Instagram, apakah menggunakan kata gaul seperti xoxo, omg, muah, bae, lol, dan lmao atau dengan menggunakan emoji? Sebagian besar pengguna terutama pengguna perangkat mobile kini lebih senang menggunakan emoji, paling tidak di Instagram. Menurut peneliti, kini emoji telah menggantikan peran kata gaul di internet seperti lol dan lmao. Menurut seorang software engineer, yaitu Thomas Dimson hampir setengah dari semua komentar dan caption di Instagram sekarang berisi karakter emoji. Ini artinya kata gaul seperti lol dan teman-temannya sudah mulai ditinggalkan pengguna. Lihat Selengkapnya

Jumat, 22 Mei 2015

Menengok Kerukunan Sunnah-Syiah di Jepara

Diiringi azan Subuh, di sebuah hotel sederhana namun bersih bernama Elim, kami, rombongan dari Jakarta tiba di Jepara. Saya, Farid Gaban, Ahmad Taufik dan teman-teman YLBHU segera turun dan meluruskan badan di lobi hotel usai perjalanan darat Jakarta-Semarang-Jepara. Suasana subuh yang hening dan tiupan angin dari pohon-pohon Mahoni yang rindang di muka hotel, menggoda saya untuk membakar sebatang rokok. Lama sekali saya tak merasakan suasana seperti itu. Farid Gaban yang setengah tertidur segera masuk kamar diikuti seorang kawan lain. Saya, Ahmad Taufik dan beberapa kawan melipir ke DATA karena dijemput Pak Nasir selaku tuan rumah acara. Lihat Selengkapnya

Kamis, 21 Mei 2015

Quraish Shihab tentang Langgam Jawa dalam Membaca al-Qur’an

Tidak dapat disangkal bahwa ada tatacara yang harus diindahkan dalam membaca al-Qur’an, misalnya tentang di mana harus/boleh memulai dan berhenti, bagaimana membunyikan huruf secara mandiri dan pada saat pertemuannya dengan berbagai huruf dalam satu kalimat, dan lain-lain. Inilah syarat utama untuk penilaian baik atau buruknya satu bacaan. Nah, bagaimana dengan langgam atau nadanya? Hemat penulis, tidak ada ketentuan yang baku. Karena itu, misalnya, kita biasa mendengar qari dari Mesir membaca dengan cara yang berbeda dengan nada dan langgam qari dari Saudi atau Sudan. Atas dasar itu, apalah salahnya jika qari dari Indonesia membacanya dengan langgam yang berbeda selama ketentuan tajwidnya telah terpenuhi? Bukankah Nabi saw. menganjurkan agar al-Qur’an dibaca dengan suara merdu dan langgam yang baik, tanpa menentukan langgam tertentu? Nah, jika langgam Jawa dinilai baik dan menyentuh bagi orang Jawa atau Bugis bagi orang Bugis, dan lain-lain, maka bukankah itu lebih baik selama ketentuan bacaan telah terpenuhi? Lihat Selengkapnya

Rabu, 20 Mei 2015

Balada Negeri Sawit

Lingkaran dalam pemerintahan Jokowi telah menyalakan lampu hijau. Para taipan siap berlomba menggarap seluruh pulau besar Indonesia untuk bisnis sawit. Ekspansi perkebunan sawit skala besar yang dikuasai para taipan dan pemodal besar di Indonesia tampaknya tak terbendung lagi. Apalagi, lingkaran dalam di pemerintahan Presiden Joko Widodo terang-terangan mendorong ekspansi perkebunan monokultur ini. Itu artinya Pulau Sumatera dan Kalimantan yang sebagian hutannya sudah ludes menjadi perkebunan sawit belum memuaskan dahaga para pemodal kelas kakap. Bagi mereka, bentangan hutan luas di Pulau Sulawesi dan Papua jelas terlalu menggiurkan untuk dilewatkan. Lihat Selengkapnya

Selasa, 19 Mei 2015

Pembacaan Qur'an Langgam Jawa dan Manunggaling Rokok Lan Kopi

Saya ndak tahu sejak kapan, orang meributkan nada, atau orang Jawa menyebutnya langgam, apalagi dibumbui alasan atas nama "kemurnian" ajaran sebuah agama? Sejak kapan langgam ataupun nada punya agama? Silakan dijawab. Biar agama ini tidak kian gelap dan "metengi" (baca: membuat gelap) para pemeluknya dari fitrah kemanusiaannya--yang kata Qur'an segaris dengan nafas ke-Islaman--mari kita membabar gagasan mengenai nada. Kalau sepemahaman dangkal saya, setiap bunyi itu mempunyai intonasi atau langgam tersendiri, bahkan saat anda berbicara sekalipun. Kalau anda tak punya intonasi atau nada saat bercakap, percayalah, lawan bicara anda akan kesusahan menafsirkan apakah anda sedang memerintah, memberi tahu atau bertanya. Lihat Selengkapnya

Senin, 18 Mei 2015

Menguruk Laut ala Bajo

Muhammad Saleh bergegas menuruni tangga rumah panggungnya dari pintu belakang. Di batas cakrawala, matahari memang belum tampak, tapi biru gelapnya telah berganti merah dan jingga. Istrinya telah membekali dengan bungkusan, karena ia baru akan kembali menjelang petang. Pria 62 tahun ini harus berkejaran dengan kondisi air laut yang sedang surut menuju pasang. Tak hanya karena perahunya ditambatkan jauh dari perkampungan, tapi juga karena air pasang akan menyulitkannya membongkar karang yang telah mati. Modalnya linggis dan palu. Sudah 15 tahun Saleh menjadi pencari karang mati untuk bahan reklamasi di kampungnya di Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Inilah pulau yang disebut-sebut sebagai pulau terpadat di dunia, karena luasnya hanya 12 hektare dan dihuni 900 keluarga atau sekitar 3.123 jiwa.

Minggu, 17 Mei 2015

Desa Terancam Modal Skala Besar

Berbagai produk hukum dibuat untuk mendukung pemberdayaan dan peningkatan kehidupan masyarakat perdesaan. Selain Undang Undang Penataan Ruang tahun 2007, terbaru adalah UU tentang Desa tahun 2014. Kendati demikian, pembangunan kawasan perdesaan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Martua Sirait dari Samdhana Institute, mengatakan, kawasan perdesaan mesti dilindungi karena perencanaan tata ruang oleh pemerintah kabupaten masih bermasalah. Terutama, hanya membuka kesempatan kepada investasi skala besar tanpa perlindungan kepada usaha pertanian, hutan keluarga, dan usaha skala rakyat. “Ini mengakibatkan pembangunan boros karbon dan konflik tanah berkepanjangan.” Lihat Selengkapnya

Sabtu, 16 Mei 2015

Pemerintahan Jokowi Masih Khusyuk Merayakan MP3EI

Arah pembangunan Presiden Jokowi semakin terlihat meniru dan melanjutkan jalan lama presiden sebelumnya yaitu program MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI. Padahal jalan lama itu sudah banyak dikritik dan dikoreksi bahkan oleh lingkaran dalam pendukung Presiden Jokowi saat kampanye presiden lalu. Visi Nawacita dalam praktiknya dikhawatirkan hanya terlihat sebagai istilah baru yang manis untuk pemilih, tapi sebenarnya tak bermaksud untuk mengubah apa-apa. Misalnya penetapan lahan 1,2 juta hektare di Merauke sebagai kawasan ekonomi khusus pertanian dan menjadi lumbung padi nasional oleh Presiden Jokowi. Program ini tak ada bedanya dengan desain pendahulunya, Yudhoyono, saat menetapkan program MP3EI di sektor pangan yang diberi nama Merauke Integrated Food and Energy Estate atau MIFEE. Lihat Selengkapnya

Jumat, 15 Mei 2015

Lembaga Pemasyarakatan Indonesia Tak Lagi Memadai

Pemerintah Indonesia perlu meninjau kembali kelayakan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia. Hal itu dikarenakan pemenuhan standar kelayakan semakin memprihatinkan. Contohnya data Survei Detention Studies pada 7 Mei 2015, total kapasitas lapas yang seharusnya untuk 118.263 orang, kini disesaki 170.575 orang. Kondisi sesak di beberapa lapas membuat tahanan dan narapidana dipindahkan ke lapas yang tidak kelebihan penghuni seperti daerah Yogyakarta, Papua, Maluku, dan Gorontalo. Tentunya hal itu memberatkan pihak kerabat atau keluarga narapidana yang akan melakukan kunjungan jika narapidana atau tahanan dipindahkan ke lapas yang letaknya cukup jauh. Lihat Selengkapnya

Kamis, 14 Mei 2015

2015 Petani Karet Terancam Bangkrut

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia mencatat adanya penurunan ekspor karet sebanyak 300 persen. Harganya kini 1,5 US$ di tahun 2015, sementara di tahun 2011, harga karet jauh lebih tinggi yaitu 4,5 US$. Akibatnya 30 pabrik karet yang ada di Sumatera Utara terancam bangkrut. Merosotnya harga karet di Indonesia disebabkan permasalahan harga karet dunia yang saat ini mengalami penurunan. Selama ini karet sangat dibutuhkan untuk pembuatan produk pendukung bagi perusahaan-perusahaan industri otomotif seperti pembuatan ban. Lihat Selengkapnya

Rabu, 13 Mei 2015

Kalkulator Sampah Tuan Guru

Andita Mustaphari dan Resta Triana tak tampak canggung. Santri kelas 2 madrasah aliyah ini mengangkuti sampah dari dapur, kamar-kamar di asrama putri, hingga halaman Pesantren Nurul Haramain, di Kecamatan Narada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Gadis-gadis remaja ini segera meloncat ke atas bak mobil begitu sampah telah terisi penuh. Tujuannya kompleks pesantren putra, tempat sampah-sampah itu akan dibakar di dalam tungku bersuhu 600 derajat Celsius. Di kompleks pesantren putra, Tuan Guru Hasanain Juaini (51 tahun) sedang melantik pengurus organisasi santri yang baru. Di antara pengurus ada bagian kebersihan pesantren yang digawangi Beni Putra dan Johanes Purwadi. Lihat Selengkapnya

Selasa, 12 Mei 2015

Transplantasi Kepala Tak Mustahil

Kita mengenal kisah Frankenstein, tokoh manusia monster dalam novel sains fiksi yang ditulis Mary Shelley pada 1818. Berkisah tentang Victor Frankenstein, ilmuwan Swiss yang tergila-gila pada sains hingga terobsesi menciptakan manusia dengan ilmu pengetahuan. Ia membuat “monster” dari potongan jasad manusia yang disatukan dengan cara dijahit dan dihidupkan menggunakan aliran listrik. Dan, sepertinya kisah fiktif ini akan menjadi kenyataan. Seorang dokter ahli bedah dari Italia menyatakan bisa melakukan transplantasi kepala pertama di dunia ke jasad donor kurang dari satu hari (18-24 jam). Sergio Canavero, dokter ahli bedah ini, tak keberatan melakukan prosedur itu pada orang-orang yang ingin “hidup abadi”. Lihat Selengkapnya

Senin, 11 Mei 2015

Gerakan Kembali ke Alam: Food Combining

Memanjakan diri dengan makanan enak, lezat dan siap saji sangatlah mudah di era modern ini. Cukup dengan merogoh kocek, kita bisa memanjakan kesenangan lidah kita lewat wisata kuliner yang sekarang menjadi trend dari sebuah gaya hidup konsumtif. Hidangan cepat saji atau instan kini bahkan menjadi kegemaran bagi anak-anak kita. Konsumsi makanan instan dan fast food, selain memiliki sisi kepraktisan hidup, tak jarang juga menjadi faktor penyebab kegemukan (obesitas) dan berbagai macam sumber penyakit. Obesitas karena pola makan yang tak seimbang juga menjadi masalah yang rumit. Berbagai macam cara dilakukan untuk menurunkan kegemukan ataupun berat badan. Muncullah berbagai tips dan tata cara diet yang sering membuat frustrasi pelakunya. Lihat Selengkapnya

Minggu, 10 Mei 2015

Bolehkah Berwakaf Buku Yasin?

Tanya:
Saya berencana berwakaf buku yasin-tahlil dan sajadah atas nama almarhum ayah, nenek dan kakek saya dengan harapan pahalanya mengalir pada mereka. Pertanyaan saya: Lihat Selengkapnya

Filsuf dan Pecinta

Akhir-akhir ini saya nyaris berkesimpulan bahwa makna hidup tak mungkin didapat dari proses abstraksi-abstraksi pemikiran dan permenungan filosofis berjarak. Melainkan ia bisa digengam hanya dari proses mengalami secara intim-subyektif pengalaman-pengalaman kehidupan. Sederhananya untuk dapat merengkuh makna hidup, orang, saya anjurkan untuk menjadi pecinta daripada menjadi filsuf. Kalaupun "makna hidup"--katakanlah begitu--bisa ditangkap dari permenungan berjarak para filsuf, makna tersebut saya kira kok bersifat obyektif, jauh, dan dingin, alias tak membantu banyak hal atas keputusan spesifik dari ribuan gejala dan pengalaman yang kita hanyati secara spesifik. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 09 Mei 2015

Belum Ada Prosedur Pemblokiran Konten Internet

Lembaga Bantuan Hukum Pers menyatakan revisi Undang Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 2008 tidak hanya mengenai masalah pasal karet. Namun, pemerintah harus memasukan pasal tentang mekanisme pemblokiran konten internet. “Kita mendesak pemerintah untuk membuat mekanisme pemblokiran konten internet, baik itu masuk dalam revisi UU ITE atau membuat undang-undang baru. Sebab masih ada kekosongan hukum terkait mekanisme pemblokiran,” kata Kepala Divisi Riset & Pengembangan Jaringan LBH Pers, Asep Komarudin di Jakarta. “Dalam proses pemblokiran situs pemerintah tidak menjelaskan alasan yang kuat terkait kebijakan pemblokiran. Lalu pemerintah tidak menjelaskan mekanisme pemblokiran konten internet. Apakah hanya konten itu saja atau grup besar dari konten tersebut,” kata Asep. Lihat Selengkapnya

Jumat, 08 Mei 2015

Strategi Kebudayaan? Defisit!

Lewat tulisannya, “Strategi Kebudayaan? Cukup!” di Kompas (24/03), Donny Gahral Adian (DGA) menawarkan ketelanjangan pada kita: tanggalkanlah seluruh kehendak, karena ia bisa memperbudak kita. Dengan menyebut Strategi Kebudayaan sebagai menempatkan manusia dalam posisi obyek, mau tidak mau DGA sedang menjadikan term ‘obyek’ sebagai bola liar yang boleh menerabas apa pun. Sehingga, misalnya, karena memakai celana adalah bagian dari imperatif tradisi dan kesusilaan, kita pun mungkin perlu untuk menanggalkannya. Lihat Selengkapnya

Kamis, 07 Mei 2015

Kontribusi Orang Kaya untuk Pembangunan Kecil

Pengamat kebijakan pajak Justinus Prastowo heran mengapa pemerintah lebih suka membebani masyarakat kecil untuk pembangunan. Padahal selama ini pembangunan infrastruktur juga dibiayai dari pajak rakyat kecil itu. Kini pemerintah ingin membebani rakyat dengan iuran jaminan pensiun yang dananya akan dikelola demi pembangunan infrastruktur. “Harusnya pemerintah membebankan biaya pembangunan infrastruktur kepada orang super kaya. Biaya itu dari dana pajak mereka. Selama ini, orang super kaya yang harusnya bayar pajak lebih besar justru kontribusinya lebih kecil. Sedangkan pegawai, karyawan dan buruh memberi kontribusi besar terhadap pajak,” kata Justinus. Menurutnya, selama ini telah terjadi ketimpangan dalam struktur penerimaan pajak. Kontribusi orang kaya lewat pajak hanya Rp5 triliun dan selama 8 tahun terakhir jumlahnya tetap. Sedangkan kontribusi masyarakat menengah ke bawah seperti karyawan, buruh dan lain sebagainya dalam periode yang sama mencapai Rp150 triliun. Jadi selama ini, pemerintah hanya memungut pajak dari kalangan menengah ke bawah.

Rabu, 06 Mei 2015

Buruh Wajar Menuntut Kenaikan Upah karena Inflasi

Center of Reform on Economics menganggap wajar tuntutan buruh soal kenaikan upah setiap tahun. Sebab, tingkat inflasi di Indonesia masih relatif tinggi yaitu 5% dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Mohammad Faisal, Direktur Riset Core Indonesia, itu pula yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok pada naik. Bagi buruh, tentu ini akan semakin memberatkan sehingga tuntuan kenaikan upah itu menjadi cukup beralasan. “Inflasi yang tinggi menekan daya beli masyarakat, termasuk buruh. Catatan kami sepanjang 2010 hingga 2014 rata-rata inflasi Indonesia berada di kisaran 5%. Lihat Selengkapnya

Implan Password di Perut dan Otak

Password masih menjadi masalah yang pelik. Banyak pengguna menyerah untuk membuat password yang komplek karena sulit sekali untuk diingat. Namun password yang lemah dan mudah ditebak juga merupakan makanan empuk para hacker. Akibatnya pengguna serba salah. Namun demikian, cukup banyak pengguna yang memilih password yang lemah daripada membuat password yang komplek. Untuk mengatasi hal ini, PayPal berencana membuat implan password yang bisa dimasukkan ke perut atau otak pengguna. PayPal sedang bekerja pada perangkat yang bisa di-embedd, disuntikkan dan perangkat yang valid sehingga dapat menggantikan password sebagai sarana identifikasi. Lihat Selengkapnya

Selasa, 05 Mei 2015

Negara Mesti Lindungi Buruh Perikanan

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan menyatakan 71% warga yang hidup di perbudakan modern berada di 10 negara, antara lain India, China, Pakistan, Indonesia, Bangladesh dan Thailand. Praktik perbudakan itu dilakukan dengan berbagai cara seperti bekerja selama 20 jam, pemukulan, penyiksaan dan pembunuhan. Kasus yang menimpa anak buah kapal oleh PT Pusaka Benjina Resources, Kepulauan Aru, Maluku merupakan bukti Indonesia sebagai salah satu negara tempat terjadinya perbudakan itu. Kasus itu juga menunjukkan betapa buruknya tata kelola perburuhan di negeri ini. Lihat Selengkapnya

Benarkah Masyarakat Indonesia Bahagia?

Negara ini terkenal sebagai negeri dengan penduduk yang ramah dan murah senyum. Di pedesaan yang terbilang miskin atau di kampung kota yang kumuh pun, para turis dipastikan menemukan anak-anak dan orang dewasa yang menyapa dengan senyum dan tawa ramah. Lebih dari itu, dalam tayangan liputan televisi terkait kebakaran lebih dari 200 rumah di kawasan kumuh Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa korban yang diwawancarai terlihat masih tersenyum ketika menggambarkan betapa “rakus” dan cepat api melahap rumah dan harta benda mereka. Lihat Selengkapnya

Senin, 04 Mei 2015

Narasi dan Realitas Politik

“Apa buktinya kalau masyarakat menginginkan Jokowi?” Jawaban yang disampaikan umumnya sudah bisa ditebak: “Survei-survei politik selalu menempatkan namanya pada posisi pemuncak calon presiden.” Di luar konteks Jokowi, atau nama-nama lainnya, pernyataan dan jawaban semacam itu selalu mengusik saya. Perkaranya sederhana, karena pernyataan dan jawaban itu sebenarnya menggambarkan hubungan yang tidak searah, sebagaimana diandaikan bahwa realitaslah yang telah memproduksi hasil survei. Benarkah begitu?!

Minggu, 03 Mei 2015

ANRI Kesulitan Konversi Arsip Negara

Arsip Nasional Republik Indonesia kesulitan mengkonversi arsip lama negara menjadi bentuk digital. Ini disebabkan karena terkendala kemampuan peralatan sehingga proses digitalisasi arsip negara baru mencapai 20% dari jutaan data sejarah bangsa. Proses arsip di Indonesia juga belum memberikan pelayanan pencerdasan bagi publik. Misalnya, 55 ribu reel film yang hanya tersimpan rapi tanpa bisa diputar karena ketiadaan alat pemutar film. Sejauh ini hanya sekitar 4.429 film yang sudah menjadi bentuk digital dan dapat ditonton. Begitu pula dengan 26 ribu kaset video yang belum bisa diakses. Baru 400 kaset video yang terdigitalisasi. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 02 Mei 2015

Masyarakat Dapat Melihat Kondisi Hutan Lewat Satelit

Moratorium hutan alam primer dan lahan gambut harus dilanjutkan kendati memiliki beberapa kelemahan. Misal sulitnya keterbukaan informasi publik terkait pengelolaan hutan. Hal ini menyebabkan tidak adanya pengawasan hutan di Indonesia. Tim ahli lembaga Kemitraan, I Nengah Surati mengatakan pengawasan hutan Indonesia tidak harus menggunakan data mentah seperti shapefile. Shapefile adalah format data geospasial untuk perangkat lunak sistem informasi geografis. Lihat Selengkapnya

Jumat, 01 Mei 2015

Psikolog: Gadget Penyebab Utama Stres

Keberadaan gadget seperti komputer tablet dan ponsel pintar bertujuan untuk memberi kemudahan kepada manusia. Nyaris segala sesuatu kini bisa dilakukan dengan bantuan gadget yang kita miliki. Akan tetapi, gadget dengan segala aplikasinya justru menjadi penyebab utama stres yang dialami banyak orang saat ini. Karena, gadget membuat kondisi pikiran kita selalu sibuk. Hal itu diungkap oleh psikolog Roslina Verauli dalam peluncuran produk terbaru minuman Kiyora di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (29/4). "Saat ini kita sudah terpapar kondisi busy mind. Gadget diciptakan untuk membuat segalanya efisien, tapi kenyataannya kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk gadget," kata Roslina Lihat Selengkapnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi