Selama ini, narasi yang muncul tentang sejarah PRD lebih banyak sekadar mastrubasi kejayaan masa lalu. Sejarah dicetak tidak berlandaskan pada dinamika kader, tapi mendompleng pada sejarah besar: penggulingan Suharto, pemilu, pergantian kekuasaan dan narasi-narasi besar lainnya. Sehingga, kalaupun ada kritik oto kritik hasilnya mengawang, tidak menjangkar pada bumi. Peranan kader ditenggelamkan dalam bombastis megalomania kejayaan. Kader dianggap ada sebatas ia dipenjara dan diculik. Di luar itu, kader hanya angka. Padahal pengalaman kader yang bertumbuh dengan partai pelopor sangat kaya. Kisah mereka adalah kisah partai. Tentu saja termasuk kisah asmaranya. Sebagai suatu contoh, kisah asmara Panjul Ridowi dengan Sukaisih, bisa dipakai untuk melihat sejarah awal PRD lebih utuh.
Lihat Selengkapnya