SEPERTI halnya di negara demokrasi nan beradab lainnya, partai politik telah menjadi alat bagi kaum pergerakan kita untuk memperjuangkan kepentingan publik. Di masa penjajahan Belanda, berbagai partai politik dibentuk tanpa menghiraukan larangan pemerintah kolonial. Banyak yang terang-terangan memperjuangkan Indonesia merdeka, tapi tak sedikit yang bertekad lebih jauh lagi dengan melawan kapitalisme. Dan saat Dewan Rakyat (Volksraad) dibuat pemerintah kolonial Belanda sebagai lembaga perwakilan wilayah jajahan, sebagian parpol itu ikut menempatkan para legislatornya untuk menjalankan fungsinya memperjuangkan kepentingan masyarakat tersebut. Dengan kata lain, berjuang melalui parpol adalah hal yang normal bagi aktivis pergerakan, baik moderat maupun radikal, kiri maupun kanan.
Setelah diselingi masa pelarangan parpol oleh penjajah Jepang, situasi itu berlanjut setelah proklamasi kemerdekaan hingga munculnya Orde Baru. Sayangnya, hal itu jauh berubah saat ini. Mayoritas aktivis, terutama yang kiri, bukan cuma meninggalkan ide berpartai, tapi juga melecehkannya. Golput terus (di)lestari(kan), bahkan Pemilu diboikot. Akibatnya, parpol maupun keluarannya – terutama anggota DPR – disesaki oleh para oportunis dan perampok dana publik. Dan kenyataan itu semakin membuat parpol dilecehkan. Makin paripurnalah lingkaran setan itu.
Tentu saja sikap anti parpol ini sangat wajar dan mudah dimengerti, terutama mengingat busuknya sistem kepartaian ala Orde Baru. Adalah realita bahwa parpol-parpol yang ada saat ini lebih mewakili kepentingan kelompok mereka ketimbang masyarakat banyak. Namun sangat disayangkan bila sikap tersebut juga mengikis kepercayaan perlunya parpol baru sebagai pilihan alternatif bagi parpol busuk tersebut. Di samping itu, tradisi perjuangan melalui parpol yang menjadi ciri khas kaum pergerakan sejak satu abad lalu turut terhapus begitu saja. Meski perlu dicatat bahwa ada saja kelompok-kelompok yang tetap mau berjuang memunculkan parpol baru tersebut. Tapi tantangan mereka sungguh dahsyat, baik dari dalam kalangan aktivis kiri sendiri maupun dari rezim oligarki partai yang ingin memelihara status quo. Baca Selanjutnya
Arti Mimpi Cuci Piring menurut Agama, Psikologi dan Primbon Jawa
-
Arti Mimpi Cuci Piring Menurut Agama, Psikologi dan Primbon Jawa
Pendahuluan Mimpi, sebagai fenomena psikis yang relevan dalam kehidupan
manusia, sering ...
5 jam yang lalu