Senin, 26 Desember 2016

Telolet, Klakson, dan Ironi Jalanan Kita

Klakson berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “klazo” yang artinya “menjerit”. Ia adalah simbol teguran paling keras di jalan. Maka, jika ia masih dimodifikasi lagi agar lebih menyalak, ia tak lagi terdengar sebagai “jeritan”, tapi “umpatan”.

Dalam jeritan, asumsinya adalah terjadi kesalahan fatal pada kendaraan lain, sehingga perlu jalan terakhir berupa jeritan untuk menegurnya. Adapun jika klaksonnya telah dimodifikasi lebih menyalak, maka apa pun yang keluar darinya, kesalahan pasti justru kembali pada penekannya, bukan lagi objek klakson itu.

Persis seperti knalpot. Orang memaklumi bunyinya karena memang begitulah seharusnya agar motor beroperasi. Tapi, jika ia telah dimodifikasi lebih menyalak, maka tentu itu akan mengundang kemarahan orang-orang di sekitarnya. Saya termasuk yang sering tak mampu menahan amarah mendengar bisingnya knalpot modifikasi hingga terlontar spontan dan begitu saja doa buruk untuk pengendaranya.

Kebodohan pengendara motor berknalpot bising itu seolah menular ke saya, atau sebagian orang yang terpaksa ke mana-mana dengan headset di jalanan agar tak jadi korban kebisingan klakson dan knalpot. Akhirnya, jadilah lingkaran setan kebodohan di jalanan Jakarta seperti kerap kita saksikan setiap harinya.

Maka, dari klakson dan knalpot, kita sebenarnya bisa tahu karakteristik pemiliknya: sopan atau bodoh. Dalam laporan Kompas disebutkan bahwa di Jepang, Eropa, atau Amerika, jarang sekali orang membunyikan klakson lantaran tingginya rasa solidaritas dan disiplin berlalu lintas, sehingga praktis klakson hanya digunakan untuk menghalau hewan yang nyasar ke jalanan.

Tapi, di Jakarta, dengan klakson, kita seolah saling menuding hewan orang-orang di jalanan. Tan… ton… tan… ton. Semua yang di depan kita diposisikan seolah hewan yang nyasar ke jalanan, dan karenanya terus klakson berbunyi menghalau mereka. Kita merasa jalanan seolah milik engkong kita. Kita perkosa jalanan ibu kota. Sehingga lengkaplah derita ibu kota: polusi udara, polusi suara pula! Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi