Senin, 31 Agustus 2015

Annas dan Raushanfikr

Ali Syariati dulu menyebut-nyebut tentang dua kelompok manusia: annas (kelompok awam) dan raushanfikr (kelompok tercerahkan, terpelajar yang mengemban ideologi). Masalah masyarakat antara lain terjadi ketika kedua kelompok itu berada di pulau "terpisah" dan tak bisa "bertemu". Kini sosial-media cukup berhasil menjadi tempat bertemunya kedua kelompok di satu ranah. Bahkan kedua kelompok itu kini bisa memainkan peran yang sama. Annas yang biasanya sekadar menjadi konsumen dari apa-apa yang diproduksi oleh raushanfikr, kini bisa turut menjadi produsen. Lihat Selengkapnya

Minggu, 30 Agustus 2015

Marxisme dan Ngencuk [Bagian II]

Dalam sebuah kongkow-kongkow tidak resmi, ZA pernah bercerita, kalau “burung” milik DI bengkok. Karena itulah DI bangga. Menurutnya, dengan “burung” yang bengkok itu bisa mematuk dengan cara yang berbeda. Dampaknya, setiap ngencuk bisa memuaskan lawan mainnya. Masih menurut pengakuan DI kepada ZA, burung yang bengkok inilah yang membuat aktivis-aktivis perempuan Kiri kesengsem pengin ngencuk dengannya. Guna membahkan efek revolusioner, sebab musab “burung” milik DI bengkok, katanya karena pernah disetrum tentara. Entah cerita ini benar atau cuma bualan, hanya ZA yang pernah merasakan yang tahu. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 29 Agustus 2015

Lelaki Terakhir di Muka Bumi

Serial komedi radikal dan utopis, namun eksistensial.
Phil Miller (Will Forte) adalah satu-satunya stok pria terakhir di bumi manusia. Setidaknya di Tuscon, Arizona. Tampilannya semrawut, perangainya flamboyan. Seusai bencana besar memusnahkan habitat manusia, Phil diberkahi mukjizat selamat dari cengkeraman epidemi virus berbahaya. Amerika Serikat pasca-Apocalypse menyisakan kesunyian bagi Phil. Dengan mobil RV-nya, Phil menjelajahi penjuru negeri untuk memastikan dia bukan satu-satunya manusia yang tersisa. Tinggal sebatang kara bukan perkara mudah. Dan sungguhnya menyedihkan. Negeri yang mendadak sepi menyediakan Phil berbagai kesenangan-kesenangan utopis dan kesepian ala manusia purba. Namun di saat bersamaan ia hidup sesuka-suka, bahkan bisa dibilang sewenang-wenang. Sepenjuru negeri menjadi miliknya. Lukisan magnum opus koleksi museum menghiasi penjuru rumahnya, logistik tak terbatas dari supermarket, rumah mewah, kendaraan bebas memilih sekena hati, hingga melakukan berbagai kekacauan serta berkeliaran tanpa batas. Kesenangan-kesenangan utopis yang kerap muncul di pikiran tiap manusia abad ini. Lihat Selengkapnya

Jumat, 28 Agustus 2015

Habibie vs Mafia Berkeley

Sesudah secara bertahap membuka konfrontasi terbuka terhadap pemikiran para anggota Mafia Berkeley sejak awal 1990, pada 1993 Habibie akhirnya bisa mengurangi dominasi para ekonom tadi di pemerintahan. Dan puncaknya adalah pada 1998, dimana Habibie berhasil menggusur seluruh anasir Mafia Berkeley dari kabinet. Hasilnya? Tak butuh waktu lama, hanya berselang setahun kemudian, Habibie tergusur dari kekuasaannya. Ketika Gus Dur naik, ia sempat harus memanggil kembali Widjojo dan Emil Salim, meskipun keduanya ditolak dan sempat "digusur" oleh Rizal Ramli. Lihat Selengkapnya

Kamis, 27 Agustus 2015

Bersama Ombak

Jika Anda suka buku-buku sejarah, niscaya di rak buku Anda akan ada buku-buku terbitan dua penerbit yang punya konsentrasi menerbitkan tema tersebut: Penerbit Ombak dan Komunitas Bambu. Kemarin, saya berkesempatan menemui pendiri sekaligus pemilik rumah penerbitan Ombak, Bung Muhammad Nursam. Menjelang akhir tahun 90an, nama Nursam lebih dikenal sebagai sejarawan muda yang cukup moncer. Namanya berjajar dengan JJ Rizal, yang sekarang juga memiliki rumah penerbitan Komunitas Bambu. "Saya tanggalkan semua kemewahan intelektual saya, dan banting stir memasuki dunia penerbitan buku." ungkap laki-laki kelahiran Jeneponto 41 tahun lalu itu. Lihat Selengkapnya

Rabu, 26 Agustus 2015

Nawa Cita

Saya suka konsep Nawacita. Empat dari sembilan butir Nawacita berisi janji eksplisit memperkuat peran negara, sekaligus merupakan landasan kebijakan publik yang sosialistik. Saya senang Presiden Jokowi menyebut Nawacita dalam pidato hari ini. Tapi, tidakkah kecenderungan privatisasi dan pola-pikir privat dalam sektor publik berlawanan dengan Nawacita itu? (Farid Gaban)

Selasa, 25 Agustus 2015

Swastanisasi

Ada yang bilang, tak apa swasta/asing membangun infrastuktur transportasi publik seperti kereta cepat, jika pemerintah sendiri tak punya uang atau belum menganggapnya sebagai prioritas. Menurut saya, itu pola pikir sesat. Coba lihat transportasi Jakarta yang salah kaprah. Swasta/asing mendikte sistem transportasi publik, dengan motif masing-masing dan bersaing satu sama lain (subway, busway, jalan tol, metromini, ojek). Tak ada koherensi, prioritas, atau integrasi. Jalan sendiri-sendiri. Alih-alih memecahkan masalah, justru menimbulkan masalah. (Farid Gaban)

Senin, 24 Agustus 2015

Sektor Informal

Kemiskinan tidak hilang hanya karena kita tidak ingin melihatnya. Misalnya dengan menggusur atau menjauhkan dari pandangan mata kita. Ini pemandangan dalam kereta api ekonomi enam tahun lalu, sebelum "reformasi Jonan". Layanan kereta api kita makin baik, tapi salah satu yang harus dibayar: hilangnya pekerjaan sektor informal di stasiun dan di dalam kereta. Kemana mereka pergi? [Lihat juga note Simalakama Kereta Api].

Minggu, 23 Agustus 2015

Katakan Tidak Pada Demokrasi Neoliberal

DALAM lima belas tahun terakhir pasca Orde Baru, kita hidup dalam sistem politik demokrasi neoliberal. Dalam orde ini, seluruh sistem nilai dan kelembagaan politik yang terbangun ditujukan untuk memfasilitasi dan menjaga agar standar, prinsip dan nilai-nilai kapitalisme-neoliberal bekerja sebagai sesuatu yang normal. Normal di sini berarti sesuai dengan hukum alam, wajar, sudah seharusnya begitu, sehingga menjadi aneh jika kita mempertanyakan dan kemudian menggugat keabsahannya. Prinsip dan nilai-nilai demokrasi neoliberal itu adalah pasar sebagai penggerak dan tujuan utama dari seluruh aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 22 Agustus 2015

Marxisme dan Ngencuk (Bagian 1)

Tersebutlah kisah cinta segitiga antara DI, ZA, dan SR. DI pacaran dengan SR [anak di bawah umur]. Keduanya sudah pernah ngencuk. Di balik punggung SR, DI ngencuk dengan ZA, kekasih lamanya. Kebongkar. SR naik pitam. Ia menuntut digelar pengadilan internal di organisasi mereka. Keputusan diambil, tapi tak memuaskan pihak yang berseturu. Akibat selanjutnya ternyata gawat: organisasi retak. Bagaimana Marxisme menyelesaikan problem ngencuk segitiga ini? Karena ketiganya aktivis Kiri, mau tidak mau Marxisme harus ambil bagian. Contoh ngencuk yang lain. BW pengin ngencuk, tapi tidak tahu harus dengan siapa. Karena sudah tidak tahan, ketika melihat S tidur telentang, BW langsung menindihnya. Untung- untungan pikir BW, siapa tahu S mau juga. Tapi ternyata S tak mau. BW kena tampar. Kasus ini dimajukan ke makamah partai. Bagaimana Marxisme menyelesaikan problem ngencuk yang bertepuk sebelah tangan ini? Karena keduanya aktivis Kiri, mau tidak mau Marxisme harus ambil bagian. Lihat Selengkapnya

Kamis, 20 Agustus 2015

Pasal Penghinaan

Saya punya teman, namanya Ignas Kleruk Mao. Asalnya dari Flores. Dulu masih kurus kerempeng, sekarang sudah seperti Mike Tyson. Tapi tentu bukan tentang tubuhnya yang ingin saya tuliskan, melainkan tentang pengalamannya dikrangkeng karena dianggap menghina presiden. Sebagai anggota LMND [Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi] DIY, Ignas mendapat tugas membantu pengorganisiran buruh dan mahasiswa di Surabaya. Berangkatlah dia ke Surabaya bersama aktivis mahasiswa Yogya lainnya. Saat itu bertepatan dengan kebijakan Rezim Mega menaikkan BBM/TDL. Sikap LMND dan PRD dengan tegas menolak. Maka digelar demonstrasi diberbagai kota. Lihat Selengkapnya

Rabu, 19 Agustus 2015

Karawang

Stasiun kereta api Karawang, 1946. Karena sejumlah peristiwa penting yang terjadi di kota ini pada awal revolusi dulu, mulai dari peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok (sebuah kota kecamatan di Karawang), hingga berbagai pertempuran bersejarah, yang telah menjadikan Karawang sebagai pusat markas sejumlah kesatuan perjuangan pemuda pada masa itu, maka Karawang kemudian dijuluki sebagai "Kota Pangkal Perjuangan". Lihat Selengkapnya

Selasa, 18 Agustus 2015

Masih Kritik Atas Goenawan Mohamad

Setelah menerima penghargaan dari Presiden, saran saya, baiknya Goenawan Mohamad pensiun menulis Catatan Pinggir. Karena tak ada lagi yang-pinggir(an). Pinggir(an) telah dicaplok oleh Pusat. Ia baiknya juga pensiun menulis tentang sang "liyan", karena hanya yang berada di pinggir(an) yang berhak menulis tentang "liyan" dan "liyaning liyan". Seseorang yang berada dalam pusaran kekuasaan tak berhak menulis seolah-olah sedang berada dalam pihak orang-orang yang terkalahkan. Baca Selanjutnya

Senin, 17 Agustus 2015

70 Tahun Merdeka (Drone Keliling Setengah Indonesia)

Karya Dandhy Dwi Laksono yang Jawa dan Suparta Arz yang Aceh. Mereka sudah separo jalan dalam petualangan keliling Indonesia bersepeda motor selama setahun. Baru separo saja kita bisa melihat betapa menyenangkannya negeri kita dari ketinggian (meski ada banyak problem menghantuinya). Salam 70 Indonesia Merdeka!

Minggu, 16 Agustus 2015

Kritik Lagi Atas Goenawan Mohamad

Paranoid terhadap label tapi sekaligus bermain label diam-diam tanpa klarifikasi, melompat-lompat sambil menghindari posisi teoretik yang dapat dipertanggung-jawabkan, merayakan ‘1000 tafsir’ dan ‘0 metode’—dari semua observasi saya ini, rasanya saya sulit mengambil kesimpulan lain selain bahwa berdebat dengan Goenawan seperti berdebat dengan orang mabuk. Selama ia berdiam dalam label spekulatif seperti ‘Stalinisme,’ dalam ketakutan spekulatif tentang segala label, dalam lompatan spekulatif atas segala posisi teoretik dan konsekuensi politiknya, dalam penafsiran spekulatif yang tanpa metode, maka setiap ungkapannya sejatinya hanyalah gumam dan desas-desus. Mulanya, dalam kritik saya, saya berasumsi bahwa Goenawan memiliki benang merah teoretik yang membuat pendekatannya tidak sekadar eklektik dan karenanya tak bisa sekadar dikesampingkan secara retorik melainkan mesti dikritik secara teoretik. Namun setelah jawaban-jawabannya kini saya mulai meragukan asumsi saya yang rupanya terlalu tinggi itu. Ia sama sekali tak punya metode, tak mau mengambil posisi teoretik yang ketat dan konsisten. Argumentasinya habis dimakan oleh paranoianya terhadap Marxisme dan segala label—argumentasinya adalah rasa takut itu sendiri. Goenawan Mohamad ternyata cuma desas-desus. Baca Selanjutnya

Sabtu, 15 Agustus 2015

Jalan Tol

Megaproyek enam ruas jalan tol tetap akan dibangun di Jakarta: panjang totalnya 70 km, biayanya Rp42 triliun, dan tujuh tahun pengerjaannya. Dengan trend pertumbuhan mobil+motor spt sekarang, jalan tol itu takkan relevan lagi sebagai "solusi kemacetan" pada saat selesai dibuat. Bahkan ide "membangun jalan tol untuk mengurangi kemacetan" itu sendiri adalah gagasan salah arah, di samping memperlemah visi mass-rapid-transport yang kini sedang dibangun. Makin cepat dijalankan, makin cepat tersesat. Ini contoh penghamburan investasi infrastruktur, serta kurangnya empati pada pemerataan ekonomi. (Farid Gaban)

Kamis, 13 Agustus 2015

Ganti Menteri

Jika pergantian menteri hari ini hanya didasari alasan rupiah jeblok, indeks saham tersungkur, dan pertumbuhan ekonomi melemah, maka Pemerintahan Jokowi sejatinya masih menganut cara berpikir status quo. Menteri-menteri mudah dipasang dan dicopot. Tapi, yang lebih penting: ke arah mana nahkoda mau membawa kapalnya? (Farid Gaban)

Rabu, 12 Agustus 2015

Pemimpin Baik dan Pemimpin Bodoh

Di bawah pemimpin yang baik, anak buah bodoh pun ada gunanya. Di bawah pemimpin yang bodoh, pasukan terbaik pun kocar-kacir. (Kang Komar---Preman Pensiun)

Selasa, 11 Agustus 2015

Soal Kenaikan BBM: Turunkan Harga-harga, Berikan Hidup Layak!!!

KENAIKAN harga-harga, apalagi karena kenaikan harga BBM, pasti membuat upah buruh tak lagi cukup untuk hidup layak. Celakanya, bila buruh memrotes soal kenaikan harga-harga dan upah yang tidak cukup untuk hidup layak, sontak kebanyakan kelas menengah mengecam dan menuduh tuntutan itu gak pantas, merugikan bisnis, memaksakan kehendak, dan merugikan ekonomi nasional. Tapi benarkah tuntutan buruh itu salah? Artikel yang ditulis di koran Inggris The Guardian, memuat kutipan berikut:
‘Brand representatives have privately admitted that higher wages deliver higher productivity and lower other costs such as absenteeism and employee turnover.
Perwakilan pemilik merk dagang, dalam kesempatan terbatas, mengakui bahwa upah yang lebih tinggi membawa produktivitas yang lebih tinggi pula dan menurunkan biaya-biaya lain, seperti problem buruh tidak bisa masuk kerja atau gonta ganti pekerja (karena tidak kuat bertahan kerja).’ Lihat Selengkapnya

Senin, 10 Agustus 2015

Ketika Russell Mengutip Nabi

"Nabi telah bersabda, jika dua ayat Quran tampak tidak konsisten," kata Bertrand Russell dalam pengantar 'Human Knowledge', "maka yang terakhirlah yang harus dinilai otoritatif. Dan saya harap pembaca menerapkan prinsip yang sama dalam menafsir apa yang dikatakan dalam buku ini." Jadi penasaran, apa yang sedang Russell pikirkan tentang Kanjeng Nabi SAW ketika menulis pengantar ini? Lihat Selengkapnya

Minggu, 09 Agustus 2015

Benarkah Oral Seks Haram Mutlak?

Islam menetapkan sejumlah etika dan norma dalam hubungan intim antarsuami dan istri. Rangkaian batas tersebut selaras dengan nilai-nilai kesopanan, termasuk soal berbusana saat berhubungan intim. Seperti tertuang di hadis riwayat Ibnu Majah, yang dinukilkan oleh Imam as-Syaukani di Nail al-Auwthar. Misalnya, Rasulullah SAW meminta agar menutupi badan. Bila tanpa penutup badan, hukumnya makruh. “Bila salah seorang diantara kalian hendak mendatangi istrinya, pakailah penutup dan janganlah kalian berdua telanjang seperti telanjangnya keledai”. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 08 Agustus 2015

Marxisme dan Makrifat

Pada 1951, ketika mengenangkan Tjokro, Buya Hamka menulis: “Beliau dalam kursusnya tidak mencela Marx dan Engels, bahkan berterima kasih kepada keduanya, sebab teori Historis Materialisme Marx dan Engels—kata beliau—telah menambah jelasnya bagaimana kesatuan sosialisme yang dibawa Nabi Muhammad.” Lihat Selengkapnya

Jumat, 07 Agustus 2015

Bukan Nasionalisme

Tak ada banjir di Singapura. Kotanya bersih. Transportasi publiknya bagus dan keren. Tidak ada debat berkepanjangan KPK-Polri. Tapi, kok, saya merasa lebih suka hidup di Indonesia, ya... Semua yang serba tertib dan predictable itu pasti menjemukan. Indonesia itu mengasyikkan mungkin justru karena kekonyolan, unpredictability dan ketidaksempurnaannya. ‪#‎ah‬ (Farid Gaban)

Kamis, 06 Agustus 2015

Pajak

Barang mewah seperti tas jinjing Louis Vuitton jadi lebih murah setelah dihapus pajak impornya. Kapan pemerintah menghapus pajak penjualan buku (dan pajak impor kertas) agar buku jadi lebih murah dan lebih laku; penulisnya dapat honor lebih layak; dan agar orang Indonesia lebih pintar? (Farid Gaban)

Rabu, 05 Agustus 2015

Mahfud dan Thowaf: Sebuah Fragmen Rivalitas

Hingga dua belas tahun yang lalu, terjadi rivalitas yang sengit di Rumah B-21, sebuah padepokan kumuh di bilangan Kampus Bulaksumur. Rivalitas itu terjadi antara dua orang sastrawan muda, yaitu Thowaf Zuharon dan Mahfud Ikhwan. Mahfud adalah mahasiswa Sastra Indonesia, dan Thowaf, sebelum pindah ke FISIPOL, adalah mahasiswa Sastra Arab. Dan sebagaimana yang terus terjadi hingga hari ini, semua rivalitas yang terjadi di antara kami, alumni-alumni B-21, selalu saja melibatkan provokasi dari siapa lagi kalau bukan Iqbal Aji Daryono. Iqbal adalah provokator yang licin. Dia selalu berada di tengah semua konflik, namun selalu bisa meloloskan diri dan lalu tiba-tiba menempatkan dirinya sebagai pengamat belaka. Begitulah. Sejak dulu sudah begitu. Lihat Selengkapnya

Selasa, 04 Agustus 2015

Infotainment

Para jurnalis ningrat secara melecehkan menyebut infotainment bukan jurnalisme. Tapi, mungkin mereka harus menelan kritik mereka sendiri. "Jurnalisme masa kini makin bergeser ke infotainment akibat motif bisnis yang mengemuka dalam industri media," kata Michael Janeway, guru besar Columbia University. Infotainment bukan lagi "anak nakal atau penumpang gelap" jurnalisme; melainkan arus besar (mainstream) jurnalisme itu sendiri. Coba cek pemberitaan soal pernikahan pejabat dan selebriti, serta pembunuhan Angeline. (Farid Gaban)

Senin, 03 Agustus 2015

Kementerian Kebudayaan

Tidak jelas apa sebenarnya alasan Presiden Joko Widodo tidak atau belum sudi memandirikan Kementerian Kebudayaan di Kabinet Kerja. Mungkin suasana memang belum kondusif untuk menghadirkan Kementerian Kebudayaan secara mandiri di persada politik Indonesia. Mungkin Presiden Jokowi masih menunggu masa bakti kepresidenan yang kedua, 2019–2024. Yang jelas, Presiden Jokowi memang gagal menaklukkan mereka yang memang anti-Kementerian Kebudayaan, seperti diberitakan di halaman 12 Kompas edisi 28 Agustus 2014 di bawah judul “Sekretariat Negara Tolak Kementerian Kebudayaan”. Terberitakan bahwa dalam suatu pertemuan di kantor Sekretariat Negara pada akhir Agustus 2014, tidak kurang dari tiga kementerian tegas menolak pembentukan Kementerian Kebudayaan. Lihat Selengkapnya

Minggu, 02 Agustus 2015

Klinik Jompo Rasa Rumah Sendiri

Jepang adalah salah satu negara dengan penduduk berumur tua paling banyak. Saat ini sekitar 25 persen dari 127 juta penduduk Jepang berumur 65 tahun ke atas. Di banyak negara maju, penduduk lanjut usia dianggap sebagai “beban”, karena kebanyakan sudah tidak produktif. Selain itu, sejak dekade 1980-an banyak terjadi perubahan tatanan sosial. Para perempuan mulai bekerja. Kini bahkan banyak anak yang tak merasa wajib merawat orang tua. Menyadari hal itu, pemerintah Jepang membangun sistem kesehatan dan jaminan sosial bagi penduduk usia lanjut. Sejak 1980-an dibangun banyak fasilitas panti jompo atau rumah sakit khusus penduduk usia lanjut, baik oleh pemerintah maupun swasta. Lihat Selengkapnya

Anom Astika


Orasi Pembukaan Serial Diskusi Membaca Das Kapital

Sabtu, 01 Agustus 2015

Intrik di Dalam Jaringan

Jaringan televisi USA menggebrak lewat drama terbaru Mr. Robot. Dibintangi Rami Malek dan Christian Slater, episode awal serial yang tayang perdana tiga pekan lalu ini ditonton lebih dari 2,83 juta orang. Serial hasil kreasi Sam Esmail, yang disutradarai Niels Arden Oplev yang tenar melalui Girl with The Dragon Tattoo, berhasil memikat penonton lewat elemen petualangan dan aksi menegangkan. Unsur-unsur bashing-quo ala film Fight Club memberi montase menawan yang mewarnai tontonan di musim panas. Berkisah tentang Elliot (Rami Malek), pemuda yang memiliki dua kehidupan berbeda. Di siang hari bekerja sebagai insinyur keamanan cyber dan di malam hari berperan sebagai penyintas anarkis. Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi