Apakah Tuhan perlu dibela? Tiga puluh lima tahun silam, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang kala itu lebih dikenal sebagai pemikir, mencoba menyambangi pertanyaan ini. Ia menulis satu kolom di majalah Tempo, Juni 1982, dengan tajuk yang mungkin sudah pernah Anda dengar di suatu tempat. “Tuhan Tidak Perlu Dibela.”
Tulisan tersebut dibuka dengan anekdot seorang sarjana yang baru pulang dari studinya di luar negeri. Sepanjang delapan tahun, X, sebutan sang pemuda, belajar di negeri di mana Islam bukan agama mayoritas. Sepulang ke Indonesia, X terenyak. Ke mana ia berjalan, ia menjumpai kemarahan orang Muslim. Ia menjumpainya di majalah Islam. Ia menjumpainya dalam pidato para mubaligh dan dai. Ia menjumpainya pada penolakan terhadap ilmu pengetahuan modern. Ia menjumpainya dari kecaman terhadap ekspresi-ekspresi kesenian dan kebudayaan.
Masygul, X lantas menemui sejumlah ahli agama dengan harapan ia akan memperoleh tanggapan yang bijak terhadap kemarahan-kemarahan ini. Hasilnya, nihil. Alih-alih mendapatkan apa yang diinginkannya, ia malah diminta mencontoh sikap para agamawan itu. “Kemarahan itu adalah pelaksanaan tugas amar ma’ruf nahi munkar,” ujar kiai pesantren yang merupakan paman X.
X akhirnya memperoleh jawaban yang menenangkan dari seorang guru tarekat. “Jawabannya,” menurut sang guru, “sederhana saja. Allah itu Maha Besar. Ia tidak memerlukan pembuktian akan kebesaran-Nya.” Mendengar penegasan bahwa kebenaran Tuhan tidak akan terkikis oleh keraguan manusia, sang pemuda mendapat ketenteramannya. Ia tidak lagi merasa bersalah berdiam diri.
Tiga puluh lima tahun berselang, Anda tahu, tulisan ini masih menggerayangi pikiran banyak orang. Banyak dari antaranya merasa jawaban Gus Dur terhadap kegusaran X tak bertanggung jawab. Drama, kegelisahan, dan permenungan X tak lebih dari proyeksi pikiran liberal yang fasik. Namun, kalau kita cermati, Gus Dur sebenarnya mengakhiri kolomnya dengan pernyataan mengganjal. “Tuhan tidak perlu dibela, walaupun juga tidak menolak dibela. Berarti atau tidaknya pembelaan, akan kita lihat dalam perkembangan di masa depan.” Baca Selanjutnya
Catatan Umrah (6): Mendapatkan Kain Umrah
-
Sebab ini yang pertama, masalah kain ihram bisa menjadi perkara yang perlu
mendapatkan perhatian serius bagi mereka yang akan berihram. Mungkin bagi
sebagi...
42 menit yang lalu