Kini, kehebohan kembali terjadi saat AADC2 tayang di bioskop dalam ruang dan waktu yang berbeda setelah 14 tahun kemunculan pertamanya. Kini bioskop semakin banyak di Lampung. Namun penulis menduga bahwa faktor romantisme sejarahlah yang menyebabkan film ini begitu heboh. Terlebih secara cerdik produsernya telah mengunggah traile film ini melalui youtube sejak akhir 2015 lalu kalo tidak salah.
Seorang rekan mengunggah tiket nonton AADC1 dan AADC2 bersama kekasihnya yang kelak menjadi istrinya di akun Facebook. Wow, romantis dan keren juga sampe masih menyimpan tiketnya. Pastinya film AADC menyimpan kenangan tersendiri bagi kawan tersebut. Meski tak melakukan riset, penulis memprediksi faktor romantisme sejarah inilah yang membuat film AADC 2 ini sukses dipasaran.
Nah ketika AADC2 mulai tayang , penulis sempat berpikir untuk menontonnya. Terlebih di grup jurnalis hampir semuanya membicarakan film tersebut. Ada yang bersedia ngantri hingga ngajak nobar, dahsyat bukan? Ya iyalah, secara itu film legend bro. Pastinya ada banyak kenangan,romatisme dan bla bla bla.
Bahkan saat Konferkot AJI Bandar lampung yang kebetulan dihelat pada Sabtu yang notabene akhir pekan, banyak peserta sudah kasak-kusuk ingin nonton AADC2. Diam-diam dalam hati saya berucap, Wah mesti nonton juga film ini. Meski demikian, karena saya yakin film AADC2 akan lama tayangnya di bioskop maka bisa ditunda saat sudah sepi. Kalo baru tayang kan ramainya pasti sudah bisa kita bayangkan.
Sayangnya saat baru saja merencanakan, sebuah kalimat dari WatchdoC Documentary muncul di Facebook. Tulisannya agak panjang tapi bagian akhirnya kira-kira begini Layar dan gedung yang megah tak akan berarti apa-apa, jika setelah film selesai lalu kita pulang ke rumah masing-masing dengan hati riang. Baca Selanjutnya
Perlawanan Panjang Maori Terhadap Kolonialisme
-
“Mereka bilang kita tidak akan bertahan sekarang jumlah kami satu juta,
mereka bilang bahasa kita akan punah, hari ini Maori adalah bahasa
pertamaku. Nen...
5 jam yang lalu