depan kantor tuan bupati/tersungkur seorang petani/karena tanah/karena tanah/…/dia djatuh/rubuh/satu peluru/dalam kepala.
Penggalan puisi di atas adalah puisi yang ditulis tahun 1961 oleh Agam Wispi dengan judul “Matinja Seorang Petani”, yang kemudian dijadikan judul buku antologi oleh penerbit Bagian Penerbitan Lembaga Kebudajaan Rakjat. Artinya, puisi di atas sudah berumur setengah abad lebih, tapi suaranya masih seperti di pekan terakhir September ketika desa Selok Awar-Awar, Pasirian, Lumajang, Jawa Timur, berada dalam bara ketegangan. Lihat Selengkapnya
Rally Dahsyat Harga Emas, Safe-Haven Paling Bersinar di Tengah Badai
Geopolitik
-
Tepat pada Minggu pagi, 22 Juni 2025, layar terminal Bloomberg memancarkan
angka yang membuat banyak fund manager bersiul: harga emas spot bertengger
di ...
21 menit yang lalu