Tampilkan postingan dengan label Facebook. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Facebook. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Maret 2016

Dewasa vs Awet Muda

Masyarakat kita masih merayakan pejabat publik yang marah-marah dan ngamuk-ngamuk melihat kesalahan yang terjadi dalam lingkup kewenangan dan tanggung-jawabnya. Untuk memeriahkan suasana, kita tambahkan pandangan bahwa pejabat itu cuma mewarisi persoalan dari era sebelumnya. Baca Selanjutnya

Media dan Musibah

Banyak kritik terhadap cara wartawan lapangan meliput bencana dan musibah: tak punya empati, bahkan sopan-santun. Menurutku, kritik terkeras harus ditujukan pada petinggi media (pemimpin redaksi, penanggunjawab siaran, pemilik) yang cenderung memperlakukan wartawan sekadar robot dalam mata rantai pabrik berita. (Sumber Cerita)

Menahan Diri

Sebagian wartawan percaya bahwa apa yang mereka dengar otomatis fakta. Dan bahwa setiap "fakta" dengan sendirinya harus dikabarkan. Kadang berita sangat lemah, meski faktanya bisa jadi benar. Contoh: si wartawan cuma mendengar seseorang bicara mengutip informasi sumber lain yang tidak spesifik. Wartawan seharusnya menguji apa yang dia dengar. Dan kalau tak bisa atau tak mau menguji, sebaiknya menahan diri dengan tidak (menunda) memberitakannya. (Sumber Cerita)

Petugas Pasar

Dua belas tahun silam, selepas pesta ulang tahun TK yang mewah di Bali, Megawati memberi kado kenaikan harga BBM di tahun baru. Dua belas tahun kemudian, penerusnya, presiden yang harga kemejanya cuma Rp100 ribu, dan harga sepatunya cuma Rp160 ribu, menggenapinya dengan melepas sepenuhnya harga BBM kepada mekanisme pasar. Publik harus cerdas mencatat: pemerintah tidak sedang berbaik hati hendak menurunkan harga BBM, tapi sedang menyerahkan penentuan harga BBM sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Baca Selanjutnya

Selasa, 29 Maret 2016

Sumber Berita

Jarang sekali wartawan melihat langsung suatu peristiwa/kejadian. Wartawan bersandar pada nara sumber. Itu sebabnya, salah satu elemen terpenting dari berita adalah penyebutan nara sumber. Harus cukup spesifik, termasuk nama lengkap dan posisinya. Nara sumber bisa punya sudut pandang, ingatan, motif dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda. Salah satu keterampilan jurnalistik terpenting adalah memilih dan memilah (menguji) nara sumber. (Sumber Cerita)

Kuliner dan Proses Formatif Gagasan

"Bagaimana teknisnya gagasan Ekonomi Pancasila atau Ekonomi Kerakyatan?" Biasanya terdapat dua motif yang melatarbelakangi lahirnya pertanyaan itu. Motif pertama adalah benar-benar ingin tahu, yaitu apa yang bisa disediakan oleh gagasan tersebut secara teknis untuk menjawab sejumlah persoalan yang membelit perekonomian kita. Umumnya para pelontar pertanyaan dari golongan ini adalah para mahasiswa baru. Motif kedua adalah untuk mempertanyakan, atau bahkan menyerang, dimana seandainya gagasan tersebut tidak sanggup memberikan jawaban teknis, maka gagasan tersebut kemudian dianggap terfalsifikasi. Para pelontar pertanyaan dari golongan kedua ini umumnya adalah mahasiswa yang sudah cukup lama belajar. Baca Selanjutnya

Nyinyir

Meski banyak digunakan di media sosial , terutama selepas Pilpres kemarin, banyak orang sebenarnya tak mengetahui apa sebenarnya makna kata "nyinyir". Sepertinya, saya juga pernah khilaf menggunakannya. (Tarli Nugroho)

Senin, 28 Maret 2016

"Senyap" dan Nasib "Subsidi Salah Sasaran"

Dengan dihapuskannya Premium, maka nantinya minimal hanya tinggal ada RON 92 di pasar ritel migas kita. Semua orang mau tidak mau harus mengkonsumsi BBM jenis RON 92. Jika RON 92 diberi subsidi tetap, dan itu dinikmati oleh seluruh segmen pengguna dengan tanpa perkecualian, lalu dikemanakan itu argumen “subsidi salah sasaran” yang selama ini didengungkan pemerintah?! Bagaimana nasibnya argumen “subsidi BBM lebih banyak dinikmati orang kaya” jika skemanya begitu?! Baca Selanjutnya

Darurat Impor

Katanya Menteri Rini dan juga Presiden membuka opsi agar direksi BUMN bisa diduduki oleh orang asing. Baguslah. Media-media kita yang wartawannya tidak kompeten menulis berita itu, sebaiknya ditutup juga, supaya tidak menjadi penyebar kebodohan dan prasangka. Biarkan Bloomberg, Guardian Media Group, atau Time Inc. buka cabang di sini. Presenter-presenter televisi yang nggak becus bertanya dan sekadar jual tampang juga sebaiknya diganti dengan presenter-presenter asing, biar pemirsa kita tak semakin bodoh. Dan, kalau perlu, rakyat yang tak kompeten memilih pemimpin juga diganti saja dengan rakyat asing.

Panasea

Sebab dari kegagalan pasar bukanlah pasar itu sendiri, melainkan karena pasar tidak dibiarkan leluasa bekerja. Jadi, solusi atas kegagalan pasar bukanlah dengan melakukan kontrol atas pasar, melainkan justru dengan memberi pasar keleluasaan yang jauh lebih besar lagi. Baca Selanjutnya

Privatisasi BUMN

Lima buku ini, "Divestasi Indosat: Kebusukan sebuah Rezim", "Kebangkitan Nasionalisme Karyawan BUMN", "Who's Who Cemex", "Politik Penguasaan BUMN di Daerah", serta "Pemberdayaan BUMN di Indonesia", merupakan beberapa artefak yang mendokumentasikan jalannya privatisasi BUMN pada periode 2002-2004. Pada periode 1998 hingga 2004, buku-buku yang menulis soal BUMN memang mudah kita jumpai, baik yang pro maupun kontra terhadap privatisasi. Baca Selanjutnya

Ilmu Ekonomi Perampok

Kita terlalu naif mengira bahwa dengan teori ekonomi Barat akan berhasil keluar dari sistem ekonomi agraris ke sistem ekonomi industrial seperti yang kita kenal dewasa ini. Mari kita lihat sejarah bagaimana Barat berkembang in real term, dan bukan in artificial theory.

Investasi atau Penghisapan?

Untuk menarik para investor agar memasukkan modalnya ke dalam negeri, kita “mensubsidi” bunga yang sangat tinggi pada mereka. Jika imbal beli (yield) obligasi pemerintah Amerika untuk tenor sepuluh tahun, misalnya, hanya 2 persen, pemerintah Thailand cuma 3 persen, serta Malaysia dan Filipina di kisaran 4 persen, maka pemerintah Indonesia berani memberi imbal beli hingga 8 persen. Apa namanya jika itu tak kita sebut sebagai bentuk “subsidi” terhadap para pemilik kapital?!

Minggu, 27 Maret 2016

Uang sebagai Sertifikat Kreativitas

Catatan Aisyah Baradja di dindingnya mengenai kurs tribal telah mengingatkan saya kembali pada almarhum Hidajat Nataatmadja. Pada 2006, dalam usia 75 tahun, ekonom gaek yang juga bekas dosen fisika di IPB itu masih bersikeras untuk menyelesaikan tiga jilid bukunya, "Al Ghazali Guruku", "Einstein Guruku", dan "Melampaui Mitos & Logos: Pemikiran ke Arah Ekonomi-Baru", yang disebutnya sebagai laporan akhir dari kerja kesarjanaannya. Diabetes, yang kemudian merembet ke livernya, telah membuat kemampuan fisiknya anjlok hingga lima puluh persen, yang memaksanya harus tidur selama sepuluh jam sehari. Di sela-sela ketakberdayaan itu, toh ia masih bisa menyelesaikan tiga jilid buku tadi. Sebelumnya, pada tahun yang sama, bukunya, "The General Theory (of the Light) of Science", telah mendahului terbit.

Media dan Persekutuan Kaum Majikan

Pada 1921 organisasi itu lahir. Namanya “Ondernemersraad voor Nederlandsch-Indie”. Dalam terjemahan bahasa Indonesia yang digunakan masa itu, nama itu berarti “Dewan Majikan untuk Hindia Belanda”. Ya, organisasi ini adalah bentuk persekutuan kaum majikan. Meskipun didirikan di Belanda, anggotanya bukan hanya para kapitalis Belanda, namun para kapitalis besar Inggris, Amerika, Belgia, Jerman, Perancis, dan negara-negara Eropa lain. Persekutuan kaum majikan ini bukan hanya bisa mendikte pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, namun juga bisa mengatur pemerintah Negeri Belanda. Itu menunjukkan betapa besarnya kekuasaan para majikan ini.

Pesan Pendek Sri-Edi Swasono untuk Presiden

Yth. Bapak Presiden RI,

Berikut pandangan saya mengenai ekonomi konstitusi kita,

EKONOMI KONSTITUSI

Hakikat Ekonomi Konstitusi adalah "kebersamaan" (mutualism; kejemaahan) dan "asas kekeluargaan" (brotherhood; keukhuwahan). Utamakan kerjasama, gotong royong, bukan bersaing.

Untuk Apa Universitas?

Tugas universitas adalah mengajari—dan bila perlu bahkan "memaksa"—mahasiswa untuk menguasai penalaran ilmiah selama belajar di kampus. Penalaran keilmuan ini bukan agar semua mahasiswa menjadi ilmuwan, karena memang tak perlu semua lulusan perguruan tinggi menjadi ilmuwan, peneliti, atau filosof, melainkan agar kita mempraktikkan politik dan demokrasi yang sehat. Meminjam Daoed Joesoef, demokrasi yang sehat adalah demokrasi dimana masyarakatnya bertegak di atas nalar keilmuan, sehingga sanggup membedakan keaslian dari kepalsuan, serta bisa membebaskan diri dari hasutan dan histeria rapat akbar. Baca Selanjutnya

Jumat, 25 Maret 2016

Privatisasi

Jika kita membaca buku-buku Faisal Basri yang terbit pasca-Reformasi, mulai dari “Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia” (2002), hingga bukunya yang terakhir, “Lanskap Ekonomi Indonesia” (2009), ia cukup konsisten mengemukakan ideal bahwa solusi untuk mengatasi persoalan tata kelola BUMN adalah privatisasi. Hanya sebuah buku lamanya, “Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI” (1995), yang juga jadi rujukan dalam banyak kelas Perekonomian Indonesia, yang belum banyak menyinggung soal BUMN. Baca Selanjutnya

Bulaksumur, Nasibmu Kini

Empat tahun lalu, sebuah rombongan datang ke rumah teduh itu. Sang tuan rumah, lelaki sepuh dengan wajah tegas, tanpa basa-basi segera menyambut tetamunya dengan kalimat gahar, "Kalian harus tanya kepada Boediono, ke mana itu gagasan Ekonomi Pancasila yang dulu pernah dibela-belanya itu? Jangan sampai dia jadi pengkhianat gagasan Mubyarto." Baca Selanjutnya

Kamis, 01 Oktober 2015

Abai atau Siasat?

Bukan Pasar Malam, merupakan salah satu karya Pramoedya Ananta Toer yang punya ceruk pembaca fanatik sendiri. Novel tipis ini ditulis di masa paling produktifnya. Bayangkan, di tahun yang sama saat novel itu terbit pada tahun 1951, Pram juga menerbitkan 'Keluarga Gerilya', 'Subuh', 'Percikan Revolusi', 'Mereka yang Dilumpuhkan' jilid 1 dan 2, 'Di Tepi Kali Bekasi', dan 'Dia yang Menyerah'. Ya, delapan buku dalam satu tahun. Atau setidaknya, minimal sejumlah itu yang saya tahu. Lihat Selengkapnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi