Senin, 05 Desember 2016

Adios Maestro! Selamat Hari Guru!

SELAMAT HARI GURU. Selamat kepada kalian para buruh pabrik kapitalisme kognitif.

Ah, maaf. Bahasa saya terlampau rumit? Anda kurang paham? Bukankah saya menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar? Bagaimana jika saya mulai dengan hipotesis sederhana.

Guru adalah agen sosial yang merefleksikan pandangan ekonomi politik sebuah rezim.

Bagaimana menjelaskan soal pandangan di atas? Saya mengajak anda semua untuk menengok sebuah perbandingan sederhana.

Tersebutlah sebuah program maha mulia bernama Indonesia Mengajar. Dimulai tahun 2009, dengan harapan menjadi sebuah gerakan ikhtiar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Program ini mengirimkan para sarjana yang baru lulus kuliah untuk mengajar selama setahun penuh di kampung-kampung terdalam, terluar, terisolasi dan ter-ter yang lain. Sebutannya Pengajar Muda. Diharapkan selama berada di lokasi penempatan, anak-anak muda terpilih ini akan belajar bagaimana hidup tanpa listrik, tanpa sinyal telpon, tanpa sumber air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai, dan lain sejenisnya. Hidup seperti proletar yang adalah mayoritas wajah penduduk negeri ini.

Selama bertugas, para Pengajar Muda diharapkan melakukan refleksi dan evaluasi secara berkala terkait dengan tugas mereka di daerah penempatan. Tiap Pengajar Muda diharapkan dapat belajar soal daerah tempat penugasan mereka. Agar mereka harus mampu menjadi jembatan penghubung antara para pemangku kepentingan dengan masyarakat. Kreativitas juga penting. Agar makin banyak kegiatan ekstra pasca hari yang membosankan di ruang kelas. Tumpukan mata pelajaran yang belum tentu berguna secara praktis mesti diselingi dengan hiburan. Anak-anak muda terpilih ini juga diharuskan bisa bersosialisasi. Merakyat terma paling pas untuk ini. Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi