Tak tahu persis apakah penyakit Omar, tokoh dalam novel Naguib Mahfouz, The Beggar (Pengemis), juga menimpa mantan aktivis kiri Indonesia?
Omar terlibat dalam revolusi Mesir 1952. Paska revolusi, ia menjadi pengacara sukses. Hidup kaya. Kecukupan dan sejahtera. Tapi ia resah. Jiwanya gundah. Merasa ada yang tak beras dalam dirinya. Entah penyakit atau perasaan dikejar-kejar sesuatu yang tak pernah dimengertinya, yang membuatnya selalu galau.
Datanglah ia pada Hamid, seorang dokter yang juga terlibat dalam revolusi, kawan seperjuangannya.
Setelah diperiska sana-sini, Hamid tak menemukan penyakit apapun. Dengan nada menyindir, Hamid berujar: “Engkau mendapat penyakit borjuis.” Apa penyakit borjuis itu? Hamid menyambung: Engkau benar-benar sudah lupa bagaimana caranya berjalan. Kau melahap makanan terbaik, minum anggur yang bagus….”
Mungkin di situlah kelebihan sastrawan peraih Nobel sastra asal Mesir itu, bisa menohok tanpa menghujam. Kalimatnya sederhana: sudah lupa bagaimana caranya berjalan. Ada selaksa makna di dalamnya.
Kita tak perlu mengulas mantan aktivis kiri—sekarang nyaleg—yang harga tato di tubuhnya bisa digunakan untuk makan keluarga jembel berbulan-bulan. Atau, mantan aktivis kiri yang menjadi staf menteri yang bisa membangun rumah seharga 800 juta—sekarang nyaleg juga. Atau, aktivis kiri yang sekarang menjadi anggota dewan terhormat dengan kebiasan menghisap cerutu di café-café kelas satu Jakarta. Tanpa diulas pun, sudah banyak yang tahu. Tokoh-tokoh dalam novel Mahfouz ada semua dalam diri mantan-mantan aktivis kiri Indonesia: melahap makanan terbaik, minum anggur yang bagus. Etalase itu begitu bening sehingga kita bisa melihatnya tanpa terhalang seleret kotoran pun.
Sebaiknya kita mengulas saja: lupa bagaimana caranya berjalan. Kalau kita berangkat dari sastra, ada banyak alegori di sana. Jalan bisa berarti ikhtiar. Ketika berada dalam ideologi kiri, jalan merupakan ikhtiar untuk mewujudkan sosialisme sebagai pengganti kapitalisme. Ikhtiar itu bisa bermacam-macam. Lewat revolusi seperti di Soviet, China atau Kuba. Bisa juga lewat pemilu seperti Chile atau Venezuela. Karena siang ini tak ada revolusi, dan yang ramai dikicaukan adalah pemilu, maka yang terakhir saja yang dikorek. Baca Selanjutnya
Sejarah Klembak Menyan: Rokok Tradisional dengan Aroma Khas
-
Salah satu warisan budaya Indonesia, yang tampaknya sering dilupakan, ialah
klembak menyan. Produk yang cukup lampau ini berasal dari Banyumas, Jawa
Teng...
2 jam yang lalu