Senin, 28 Maret 2016

Memelihara Anak Yatim

Tanya:
Dalam batasan apakah seorang anak disebut yatim [sampai akil baligh atau setelah dia menikah]? Yang kami alami anak yatim tersebut sangat malas meski sudah dididik dan kami beri contoh untuk shalat, bangun pagi, bekerja saling membantu dengan yang lain [dari usia 3 tahun sampai 16 tahun]. Kami berencana mengembalikan ke orangtuanya [ibu] karena takut dosa bila melihat kelakuannya dan membuatnya sering kami marahi. Bagaimanakah Nabi Muhammad Saw dan sahabat menangani hal tersebut?
Sigit P. – via surel

Jawaban Lengkap A. Wahib Mu’thi:
Rasulullah Saw pernah bersabda; “Saya dan orang yang menanggung [memelihara] anak yatim. Ada surga bagaikan ini…”, seraya beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau merentangkan kedua jarinya itu [HR Bukhari].

Dalam hadits di atas, Rasulullah mengatakan kepada kita jaminan bagi orang-orang yang memelihara anak yatim. Namun anjuran tersebut bukan tanpa risiko.

Memelihara anak yatim membutuhkan keikhlasan dan itu tak mudah. Banyak hal yang terjadi dan menjadi ujian keikhlasan dalam memelihara anak-anak yang kurang beruntung ini. Misalnya, manusiawi sekali jika seseorang membeda-bedakan dengan anak kandung tanpa disadari. Yang kemudian hal itu dapat berdampak pada si anak yatim menjadi malas, atau melakukan hal-hal yang kurang positif seperti yang Anda ceritakan yang tentu saja menguji kesabaran 'orangtua' yang memeliharanya. Berusahalah untuk mencintainya dan berbuat sebaik-baiknya kepada mereka, niscaya Allah membalas kebaikan Anda. Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi