Tanya:
Dalam setiap usaha, kita dianjurkan untuk
bertawakkal kepada Allah swt. Namun kita sering kecewa jika tidak
berhasil. Yang ingin saya tanyakan sampai sejauh mana kadar tawakkal
kita, dan bagaimana bertawakkal dengan baik, karena sering kata tersebut
dipahami dalam arti tidak berdaya dan pasrah.
Muhammad Affan Alfaiz – Kebayoran Lama Utara, Jakarta
Jawaban Lengkap M. Quraish Shihab:
Kata tawakal [Indonesia, Arab: tawakkul] terambil dari kata wakala yang juga seakar dengan kata wakîl. Perintah bertawakkal sama maknanya dengan firman-Nya, Jadikanlah Dia wakîl [QS al-Muzzammil [73]: 9].
Apabila seseorang mewakilkan orang lain, maka dia telah menjadikannya
sebagai dirinya sendiri dalam persoalan tersebut, sehingga sang wakil
melaksanakan apa yang dikehendaki oleh yang menyerahkan kepadanya
perwakilan. Menjadikan Allah sebagai wakil, atau bertawakkal kepada-Nya
berarti menyerahkan kepada Allah segala persoalan. Dialah yang
berkehendak dan bertindak sesuai dengan “kehendak” manusia yang
menyerahkan perwakilan itu.
Makna ini dapat menimbulkan kesalahpahaman jika tidak dijelaskan lebih
jauh, seperti kesalahpahaman mereka yang menduga bertawakkal adalah
pasrah dan tidak berdaya. Harus diingat bahwa keyakinan tentang keesaan
Allah berarti, antara lain, bahwa Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya Esa
sehingga ketiganya –Dzat, sifat, dan perbuatan– tidak dapat dipersamakan
dengan perbuatan manusia, walaupun penamaannya mungkin sama. Baca Selanjutnya
Dear Pak Ridwan Kamil dan Suswono, Ingetin Lagi Nih Candaan Janda Bukan
Ajaran Nabi Banget
-
Masih tergiang dalam benak saya, pasangan calon nomor urut 01 Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono dlam gegap
gempita ka...
59 menit yang lalu