Tanya:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Suami saya, seorang kulit putih yang besar dalam kultur Eropa, masuk
Islam ketika kami menikah. Dia rajin membaca berbagai buku agama. Tetapi
sejalan dengan waktu, dia berkesimpulan bahwa pada intinya yang penting
dalam beragama adalah menjadi orang baik. Dia juga berpendapat, ritual
seperti salat tidak seharusnya menjadi beban karena Tuhan tidak butuh
ibadah kita. Jadi sepanjang salat itu mendatangkan kebaikan dan
kenyamanan untuk kita pribadi, seperti meditasi, barulah kita lakukan,
tapi bukan karena pertimbangan rasa berdosa kepada Tuhan karena itu
berarti memberatkan. Selain itu, dia pernah berkomentar agama-agama
terorganisir semuanya membutuhkan definisi ulang, dan dia juga tidak
suka dengan beberapa tradisi dalam al-Qur’an yang menurutnya ketinggalan
zaman dan perlu ditinjau ulang dari perspektif modern, misalnya saja
tradisi menyembelih kurban yang menurutnya agak sadis. Saya berusaha
menjelaskan berulangkali, tapi sepertinya kami mempunyai perspektif yang
berbeda dalam masalah spiritual. Lihat Selengkapnya
Rusuh Suporter Bola di Kota Yogya, Kepolisian beri Penjelasan
-
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kerusuhan suporter sepabola usai menyaksikan
laga PSIM ...
3 jam yang lalu