Kakaknya selalu membanggakan hubungannya yang emosional dengan radio, dengan pahlawan-pahlawan masa kecilnya, dengan Brama, Kamandanu, Kamasuta, Galang Gemilang, dan entah siapa lagi. Ia tahu, sebagaimana juga hampir semua orang yang mengenal Ulid tahu, karena kakaknya itu selalu saja menggebu dan berulang-ulang menceritakannya. Ulid ingin diakui sebagai saksi terpenting, kalau bukan satu-satunya saksi, bahwa pada satu masa ada benda hebat bernama radio. “Dan karena benda brengsek bernama televisi, benda hebat itu, bersama hal-hal hebat yang muncul bersamanya (tahu maksudnya, ‘kan?), berubah jadi benda langka dan menyedihkan,” begitulah kata yang pernah diucapkan Ulid kepadanya. Kata “brengsek” selalu dilekatkan kakaknya pada televisi, sebab yang disebut terakhir itu dianggap sebagai biang keladi terbesar menghilangnya sandiwara radio. Tapi, makian itu juga ditujukan untuk merendahkan pemujaan sang adik—yang juga berlebihan—terhadap televisi dan semua pahlawan masa kecil yang ditemukannya dari layar kaca: Trivon Ivanov, Tony Adams, Fernando Hierro, Marzuki Nyak Mat, Jaya Hartono, hingga Bejo Sugiantoro.
Lihat Selengkapnya