Tampilkan postingan dengan label Indoprogress. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indoprogress. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 April 2016

Jumat, 25 Desember 2015

Wijaya Herlambang Dalam Kenangan Pemuda Islam Kiri

BEBERAPA hari setelah kepergian Wijaya Herlambang, kawan Martin Suryajaya menuliskan obituari yang bertenaga dan tak biasa sebagaimana umumnya sebuah obituari. Di sana Martin membabarkan tugas maha berat bagi gerakan kiri untuk melanjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh Wijaya melalui karya terkenalnya “Kekerasan Budaya Pasca 1965”. Untuk hal ini kita semua—yang mengaku kiri—bersepakat dengan Martin. Begitupun dengan saya. Baca Selanjutnya

Selasa, 08 Desember 2015

Yang Saya Kenang dari Wijaya Herlambang

SAYA akan mengenang Wijaya Herlambang tanpa melankoli. Sebab ia meninggalkan pada kita setumpuk tugas yang masih belum usai, tugas-tugas yang masih perlu dikerjakan. Oleh karena itu, saya tak akan membuang waktu dengan pertunjukan kesedihan dan parade air mata, melainkan dengan memikirkan tugas-tugas itu. Karya besarnya, Kekerasan Budaya Pasca 1965, telah membukakan ruang penyelidikan yang begitu luas. Melalui tulisan ini, saya akan mengenang Wijaya Herlambang sebagai buku-buku yang akan datang, sebagai kitab-kitab yang belum dituliskan, sebagai sehimpun pekerjaan yang masih harus disudahkan, yang menyusun sebagian jalan menuju sosialisme Indonesia. Baca Selanjutnya

Rabu, 02 September 2015

Ahok Bornas

Praktik kekuasaan Ahok, sebagai representasi bornas yang bergelimang popularitas di kalangan kelas menengah saat ini, jelas adalah contoh kasus yang perlu digunakan untuk memperjelas dampak himbauan bersatu dengan kebangkitan politik bornas. Bornas yang satu ini, Ahok, dalam praktik pemerintahannya telah mengembalikan kerjasama-kerjasama jasa perlindungan keamanan dan politik pada militer. Misalnya, ia membuat kesepakatan (MoU) dengan TNI untuk jasa pengamanan kawasan industri di DKI, yang artinya mengembalikan politik perburuhan Orde Baru. Ahok juga menggunakan kekerasan yang vulgar dan brutal dalam penggusuran rakyat miskin kota. Secara terbuka, ia mengabaikan pendekatan HAM dalam melihat persoalan pembangunan kota, khususnya terkait perebutan ruang hidup di kota. Dengan arogannya Ahok menyatakan, “Kalau saya ditanya, ‘Apa HAM anda?’ Saya ingin 10 juta orang hidup, bila dua ribu orang menentang saya dan membahayakan 10 juta orang, (maka dua ribu orang itu) saya bunuh di depan anda”. Lihat Selengkapnya

Minggu, 23 Agustus 2015

Katakan Tidak Pada Demokrasi Neoliberal

DALAM lima belas tahun terakhir pasca Orde Baru, kita hidup dalam sistem politik demokrasi neoliberal. Dalam orde ini, seluruh sistem nilai dan kelembagaan politik yang terbangun ditujukan untuk memfasilitasi dan menjaga agar standar, prinsip dan nilai-nilai kapitalisme-neoliberal bekerja sebagai sesuatu yang normal. Normal di sini berarti sesuai dengan hukum alam, wajar, sudah seharusnya begitu, sehingga menjadi aneh jika kita mempertanyakan dan kemudian menggugat keabsahannya. Prinsip dan nilai-nilai demokrasi neoliberal itu adalah pasar sebagai penggerak dan tujuan utama dari seluruh aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Lihat Selengkapnya

Minggu, 16 Agustus 2015

Kritik Lagi Atas Goenawan Mohamad

Paranoid terhadap label tapi sekaligus bermain label diam-diam tanpa klarifikasi, melompat-lompat sambil menghindari posisi teoretik yang dapat dipertanggung-jawabkan, merayakan ‘1000 tafsir’ dan ‘0 metode’—dari semua observasi saya ini, rasanya saya sulit mengambil kesimpulan lain selain bahwa berdebat dengan Goenawan seperti berdebat dengan orang mabuk. Selama ia berdiam dalam label spekulatif seperti ‘Stalinisme,’ dalam ketakutan spekulatif tentang segala label, dalam lompatan spekulatif atas segala posisi teoretik dan konsekuensi politiknya, dalam penafsiran spekulatif yang tanpa metode, maka setiap ungkapannya sejatinya hanyalah gumam dan desas-desus. Mulanya, dalam kritik saya, saya berasumsi bahwa Goenawan memiliki benang merah teoretik yang membuat pendekatannya tidak sekadar eklektik dan karenanya tak bisa sekadar dikesampingkan secara retorik melainkan mesti dikritik secara teoretik. Namun setelah jawaban-jawabannya kini saya mulai meragukan asumsi saya yang rupanya terlalu tinggi itu. Ia sama sekali tak punya metode, tak mau mengambil posisi teoretik yang ketat dan konsisten. Argumentasinya habis dimakan oleh paranoianya terhadap Marxisme dan segala label—argumentasinya adalah rasa takut itu sendiri. Goenawan Mohamad ternyata cuma desas-desus. Baca Selanjutnya

Selasa, 11 Agustus 2015

Soal Kenaikan BBM: Turunkan Harga-harga, Berikan Hidup Layak!!!

KENAIKAN harga-harga, apalagi karena kenaikan harga BBM, pasti membuat upah buruh tak lagi cukup untuk hidup layak. Celakanya, bila buruh memrotes soal kenaikan harga-harga dan upah yang tidak cukup untuk hidup layak, sontak kebanyakan kelas menengah mengecam dan menuduh tuntutan itu gak pantas, merugikan bisnis, memaksakan kehendak, dan merugikan ekonomi nasional. Tapi benarkah tuntutan buruh itu salah? Artikel yang ditulis di koran Inggris The Guardian, memuat kutipan berikut:
‘Brand representatives have privately admitted that higher wages deliver higher productivity and lower other costs such as absenteeism and employee turnover.
Perwakilan pemilik merk dagang, dalam kesempatan terbatas, mengakui bahwa upah yang lebih tinggi membawa produktivitas yang lebih tinggi pula dan menurunkan biaya-biaya lain, seperti problem buruh tidak bisa masuk kerja atau gonta ganti pekerja (karena tidak kuat bertahan kerja).’ Lihat Selengkapnya

Senin, 27 Juli 2015

Ruang dan Waktu Dalam Pemikiran David Harvey

PESAN utama buku ini hendak menjelaskan bagaimana cara kerja imperialisme kapitalis di era neoliberal. Harvey memulai penjelasannya dengan membahas ‘semua tentang minyak’ dan membandingkan ‘nasib’ Venezuela dengan Iraq dalam ‘Kisah Dari Dua Negara Produsen Minyak.’ Selanjutnya, ia berkisah mengenai keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam kapasitasnya sebagai negara neoliberal yang menginvasi negara lain dengan menggunakan logika kekuasaan teritorial (territorial logic of power) dan logika kekuasaan kapitalis (capitalist logic of power). Lihat Selengkapnya

Kamis, 12 Februari 2015

Sabtu, 31 Januari 2015

Sabtu, 24 Januari 2015

Kamis, 01 Januari 2015

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi