Sebagaimana kita tahu, dalam relasi sosial kapitalisme dan logika akumulasi kapital tak ada satu pun hal di dunia ini yang tidak dijadikan sebagai komoditas. Dulu, air yang oleh Adam Smith bukan dianggap sebagai komoditas misalnya, saat ini kita temukan air menjadi komoditas yang dipertukarkan dengan komoditas lainnya atau diperdagangkan untuk mendapatkan keuntungan. Persis sama dengan agama, khususnya Islam. Dulu di zaman Nabi dan para sahabat, Islam dijadikan sebagai jalan menuju Allah sekaligus jalan perjuangan pembebasan manusia dari kondisi-kondisi yang membelenggunya. Namun sekarang, sebaliknya, sebagian besar agama justru dijadikan sebagai alat membelenggu manusia.
Agama diperdagangkan tak ubahnya sabun colek, obat gosok atau obat panu oleh para elit agama untuk mendulang keuntungan sebanyak-banyaknya. Dari situ agama dijadikan sebagai selubung penghisapan dan menjadi stempel pembenar kebejatan.
Sedemikian, kritik Marx terhadap agama sebagaimana dalam “Critique on Hegel’s Philosophy of Right” yang menganggap agama sebagai candu tak bisa dianggap sebagai sepenuhnya keliru. Justru kritik Marx ini bisa membantu kaum beragama mampu beragama dengan kritis dan tanpa perlu menggadaikan akal sehatnya. Berikut kutipan lengkapnya:
Arti Mimpi Berada Di Dalam Masjid Besar menurut Agama, Psikologi dan
Primbon Jawa
-
Arti Mimpi Berada Di Dalam Masjid Besar menurut Agama, Psikologi dan
Primbon Jawa Pendahuluan Mimpi yang melibatkan tempat-tempat suci, seperti
masjid, m...
1 jam yang lalu