Dalam semesta teoritik, salah satu argumen materialis terhadap agama ini berkembang di dalam tradisi Marxisme yang berasumsi bahwa sejak kemunculannya di dunia, manusia tidak dimotivasi oleh ide-ide besar (apalagi soal surga dan neraka). Tetapi oleh kebutuhan materi yang sangat dasar (basic need), keperluan-keperluan dasar untuk kelangsungan hidup. Karena setiap manusia membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Setelah kebutuhan ini terpenuhi, yang lain, seperti dorongan seksual, menyusul. Dari reproduksi kemudian terbentuklah keluarga dan komunitas, yang dorongan utamanya masih menciptakan kebutuhan dan tuntutan materi yang lain. Semua kebutuhan materi ini kelak, sebagaimana dikatakan Marx, dapat dipenuhi oleh manusia karena manusia mengembangkan ‘cara produksi’.
Meski selintas terlihat reduksionis, apa yang bisa dipetik dari argumen materialis atas problem onto-teologis di muka? Sebagaimana sebelumnya sudah saya singgung. Ini mengingatkan kita bahwa seluhur apa pun agama, ia selalu terjebak oleh yang material karena itu agama adalah drama kehidupan manusia itu sendiri. Maka menempatkan agama di luar problem manusia dan dunianya adalah ahistoris dan mengada-ada.
Dalam perdebatan seperti ini, bagi kita kaum beriman, baiknya, memposisikan diri sebagai seseorang yang disebut oleh Amin Abdullah sebagai (muarrikh) yaitu seorang pembaca yang kritis ketimbang sebagai seorang believer.
Faktanya agama tak pernah bisa keluar dari sejarah yang material. Dan justru karena agama tak pernah bisa berada di luar yang material, maka agama harus bicara mengenai yang material. Dengan ini, agama tak boleh mengelak dari problem manusia di dunia karena agama selalu dimungkinkan oleh manusia. Maka kalau agama mengelak dari problem manusia dan kehidupan ini untuk sekadar mengejar keselamatan di dunia seberang sana, selain makin menunjukkan absurditas agama, juga tengah mencabut peran historis agama di dunia. Baca Selanjutnya
Arti Mimpi Cuci Piring menurut Agama, Psikologi dan Primbon Jawa
-
Arti Mimpi Cuci Piring Menurut Agama, Psikologi dan Primbon Jawa
Pendahuluan Mimpi, sebagai fenomena psikis yang relevan dalam kehidupan
manusia, sering ...
1 jam yang lalu