Tampilkan postingan dengan label Puthut E.A.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puthut E.A.. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 April 2016

Aktivis

Siapakah 'aktivis' itu? Apakah dia sebuah profesi? Pertanyaan itu mungkin sudah lama ngendon di diri Anda. Setidaknya sudah lama ada di diri saya.

Pertanyaan itu menurut saya susah dijawab. Tapi mungkin mudah bagi Anda. Kalau dia adalah profesi, siapa yang membayar dia? Perusahaan, lembaga donor, negara, atau organisasi yang menaunginya?

Kalau dia bukan profesi, lalu apa? Bagian dari sikap politik? Misalnya, dosen juga bisa jadi aktivis. Cari makannya dari dia menjadi dosen, ketika melakukan aktivitas politik maka dia menjadi aktivis. Dengan begitu, seniman, penulis, tukang batu, penjual bakso, semua bisa jadi aktivis. Kalau begitu berarti aktivis adalah pengoptimalan waktu senggang. Waktu yang tersisa. Karena tugas utama mereka ada pada profesi yang mereka geluti. Baca Selanjutnya

Sabtu, 20 Februari 2016

Surat Rahasia Puthut EA untuk Dian Sastro

Dian Sastro yang baik…

Kurang dua bulan lagi, Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 bakal dihadirkan kepada publik Indonesia. Mau jelek atau bagus, saya jamin film itu bakal ditonton banyak orang. Faktor film itu sendiri tak terlalu penting bagi kami. Sebab yang paling penting adalah lewat kamu, juga para pemain yang lain, sebagian dari kami akan menautkan waktu dan ingatan ke 14 tahun yang lalu. Mengelana dalam sukacita. Menenggelamkan diri ke dalam kegembiraan yang paripurna ketika menonton AADC saat itu. Baca Selanjutnya

Kamis, 01 Oktober 2015

Abai atau Siasat?

Bukan Pasar Malam, merupakan salah satu karya Pramoedya Ananta Toer yang punya ceruk pembaca fanatik sendiri. Novel tipis ini ditulis di masa paling produktifnya. Bayangkan, di tahun yang sama saat novel itu terbit pada tahun 1951, Pram juga menerbitkan 'Keluarga Gerilya', 'Subuh', 'Percikan Revolusi', 'Mereka yang Dilumpuhkan' jilid 1 dan 2, 'Di Tepi Kali Bekasi', dan 'Dia yang Menyerah'. Ya, delapan buku dalam satu tahun. Atau setidaknya, minimal sejumlah itu yang saya tahu. Lihat Selengkapnya

Selasa, 29 September 2015

Pak Nengah

Tiba-tiba saya teringat Pak Nengah. Saya pernah berguru meditasi dengannya. Dia petani biasa di daerah Tabanan. Pertemuan saya dengan Pak Nengah agak kebetulan. Waktu itu, berkali-kali saya ke Bali hanya untuk mencari sebuah pura bernama Pucaksari. Pura tersebut menurut kajian pustaka yang waktu itu pernah saya lakukan, adalah tempat bergurunya Ronggowarsito. Sayang, pencarian saya kandas. Tapi saya bersyukur bisa bertemu dengan Pak Nengah. Lihat Selengkapnya

Kamis, 24 September 2015

Damai

Siang ini saya sengaja menunggu kepulangan Kali dari sekolah. Dua hari lalu, ada sedikit soal. Kali digigit temannya hingga memar dan luka. Temannya yang menggigit adalah seorang anak berkebutuhan khusus. Saya memang memilih sekolah Kali karena dua hal. Pertama karena tidak ada pekerjaan rumah. Kedua karena dicampur dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Tidak dibeda-bedakan. Lihat Selengkapnya

Kamis, 27 Agustus 2015

Bersama Ombak

Jika Anda suka buku-buku sejarah, niscaya di rak buku Anda akan ada buku-buku terbitan dua penerbit yang punya konsentrasi menerbitkan tema tersebut: Penerbit Ombak dan Komunitas Bambu. Kemarin, saya berkesempatan menemui pendiri sekaligus pemilik rumah penerbitan Ombak, Bung Muhammad Nursam. Menjelang akhir tahun 90an, nama Nursam lebih dikenal sebagai sejarawan muda yang cukup moncer. Namanya berjajar dengan JJ Rizal, yang sekarang juga memiliki rumah penerbitan Komunitas Bambu. "Saya tanggalkan semua kemewahan intelektual saya, dan banting stir memasuki dunia penerbitan buku." ungkap laki-laki kelahiran Jeneponto 41 tahun lalu itu. Lihat Selengkapnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi