Tampilkan postingan dengan label Muchlis M. Hanafi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muchlis M. Hanafi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2017

Pelajaran Berharga dari Mbah Moen, Gus Mus, dan Quraish Shihab

Di tengah-tengah krisis keteladanan, sebenarnya masih banyak ‘oase’ yang menjadi penyejuk dan penawar kedahagaan serta kerinduan umat akan contoh-contoh kebesaran hati ulama. Kesahajaan mereka jauh dari sorotan media, dan tetap tegar di tengah serangan sarkatik netizen di dunia maya.

Cerita yang dinukilkan Sekjen Ikatan Alumni Al-Azhar Indonesia (IAAI), Muchlis M Hanafi tentang kunjungan dan silaturahim tiga guru besar, yaitu Prof M Quraish Shihab, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), dan KH Mustofa Bisri mengajarkan kepada kita semua tentang banyak hal di antaranya kerendahhatian, penghormatan dan kecintaan terhadap ulama. Tiga hal tersebut serasa kian tergerus diterpa perilaku tak sedikit orang di media sosial yang kian tak beradab.

Berikut ini, kutipan penggalan kisah pertemuan tiga tokoh besar itu di sela-sela Seminar Nasional Tafsir Alquran yang dihelat PP al-Anwar, Sarang Rembang asuhan Mbah Moen beberapa waktu lalu yang diterima Republika.co.id:

Sisi Lain Kehidupan Kaum Santri

Tidak biasanya, di pojok ruang tamu kediaman Gus Mus yg sederhana dan bersahaja, tersedia tiga buah kursi dan meja. Semua tamu, tak terkecuali para pejabat, selalu diterima dengan lesehan.

Sore itu, Sabtu (24/12), agak berbeda. "Saya pinjam kursi ini dari tetangga", begitu seloroh Gus Mus menyambut Ustaz M Quraish Shihab (MQS), sambil mempersilakan MQS duduk di atas.

Gus Mus sendiri? Beliau lebih memilih duduk (ndesor) di bawah, seperti dalam gambar. Kalau tidak 'dipaksa' MQS, beliau pun enggan. "Kalau tidak mau duduk di sini, saya yang akan duduk di bawah", begitu kata MQS. Baca Selanjutnya

Minggu, 27 Maret 2016

Keutamaan Menyusui

Tanya:
Saya membaca dalam QS al-Ahqaf [46]: 15 “Masa mengandung sampai menyapihnya selama tigapuluh bulan,…” Bagaimana dengan masa mengandung sembilan bulan dan menyusui dua tahun penuh –-bila dijumlahkan menjadi tigapuluh tiga [33] bulan? Apakah keutamaan bagi perempuan dan bayi yang memenuhi masa penyusuan dua tahun penuh tersebut? Mohon penjelasannya..

Dewi Laily Purnamasari - via email

Jawaban Lengkap Muchlis M. Hanafi:
Firman-Nya: “…kandungan dan penyapihannya adalah tigapuluh bulan,…” [QS al-Ahqaf [46]: 15], mengisyaratkan bahwa masa kandungan minimal adalah enam bulan, karena pada QS al-Baqarah [2]: 233 telah dinyatakan bahwa masa penyusuan yang sempurna adalah dua tahun, yakni 24 bulan. Di sisi lain dapat dikatakan bahwa penyusuan minimal adalah 21 bulan, karena masa kandungan yang normal adalah sembilan bulan. Jadi lama masa penyusuan dapat disesuaikan dengan lamanya bayi dalam kandungan. Baca Selanjutnya

Gelar Almarhum

Tanya:
Bolehkah kita memberi gelar Almarhum, Al-marhumah, dan Almaghfurlah kepada seseorang yang sudah meninggal? Apa dalilnya? Jika dalam al-Qur’an surat apa ayat berapa? Jika dalam hadis, riwayat siapa? Apakah hadisnya termasuk hadis yang shahih?

Yunias Ayu Manu Mayasa - via email

Jawaban Lengkap Muchlis M. Hanafi:
Menyebutkan orang yang telah meninggal dengan al-Marhum [orang yang dirahmati] atau al-Maghfurlah [orang yang diampuni] boleh-boleh saja, tergantung niat yang menyebutkan. Jika yang menyebut berniat sebagai doa atau harapan bagi orang yang telah meninggal, maka tidak ada masalah.

Bukankah kita diperintahkan untuk mendoakan orang-orang beriman yang telah meninggal, mendahului kita, seperti yang terdapat pada surat al-Hasyr ayat 10, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Mereka berdoa: ’Tuhan kami, berilah ampun buat kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami beriman, dan janganlah Engkau membiarkan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang beriman; Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’” Baca Selanjutnya

Jumat, 25 Maret 2016

Shalat Tobat

Tanya:

Bagaimanakah mengenai pelaksanaan shalat tobat?

[Karunia via email]

Jawab:

Abu Daud, Nasa'iy, Al-Baihaqiy, dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Bakar r.a. bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Tak seorang pun berbuat dosa, lalu ia bersuci dan shalat, kemudian memohon ampunan Allah, kecuali Allah pasti akan mengampuninya." Kemudian beliau membaca ayat ini: "Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji [yakni dosa cukup besar] atau menganiaya diri sendiri [yakni dosa kecil], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka itu tidak meneruskan perbuatan buruknya itu sedangkan mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka, dan surga-surga yang di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang berbuat baik" [QS 3: 135-136]. Baca Selanjutnya

Kamis, 09 Oktober 2014

Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama

Penulis buku: Dr. Muchlis Hanafi, MA [Kepala bidang pengkajian Al-Qur'an Balitbang Kementerian Agama RI, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ), dan Sekjen Ikatan Alumni Al-Azhar Mesir Cabang -Indonesia]

Sedikitnya ada dua kecenderungan ekstrem yang ditunjukkan umat Islam beberapa dekade belakangan ini: yang pertama dicirikan oleh sikap ketat dalam beragama, bahkan cenderung menutup diri; Yang kedua malah bersikap terlalu longgar dan terbuka sehingga mengaburkan esensi ajaran agama itu sendiri. Sikap ekstrem dalam beragama memang bukanlah fenomena baru dalam sejarah Islam. Sejak periode yang paling dini, sejumlah kelompok keagamaan telah menunjukkan sikap ekstrem ini. Sebut saja misalnya yang paling menonjol adalah Khawarij dan Murjiah. Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi