Minggu, 16 November 2014

Amien Rais

Hari itu, Kamis, 9 Januari 1997, seperti biasa pada jam istirahat saya menerima Harian Republika, Kompas dan Media Indonesia dari tukang koran langganan di sekolah. Sewaktu duduk di sekolah menengah dulu, saya memang termasuk bergelimang “kemewahan”, karena bisa berlangganan tetap dua surat kabar (Republika dan Kompas) dan sejumlah tabloid sekaligus (Aksi, Adil, Paron, dan sebuah tabloid pengganti Detik [sebelum terbit Tabloid Detak pada 1998]). Ini masih ditambah surat kabar lain yang dibeli secara tidak tetap, seperti Media Indonesia, Merdeka (sebelum koran B.M. Diah ini dibajak oleh Jawa Pos) dan Pikiran Rakyat. Bukan apa-apa, pada tahun-tahun itu saya tinggal di tempat saudara yang tempat tinggalnya satu blok dengan saudara-saudara yang lain. Karena saya dianggap “anak baik”, saya mendapat uang saku dari semuanya. Jika disatukan dengan kiriman dari kampung, jumlahnya lumayan juga.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi