Sabtu, 19 November 2011

Cersil Samurai: Jembatan Musim Gugur

Lady Shizuka tidak berubah sedikit pun selama bertahun-tahun sejak Lord Kiyori mengenalnya. Kulitnya sehalus porselen paling berkualitas dari Dinasti Ming, dengan kepucatan sempurna seorang wanita istana dari kamar dalam. Tak terkerutkan oleh berlalunya waktu, tak terusakkan oleh paparan sinar matahari dan penderitaan, tanpa tanda-tanda yang mengungkapkan perbuatan, pemikiran, atau perasaan tak patut. Mata Shizuka, ketika tidak sedang mengamati Kiyori—dengan malu-malu atau dengan sengaja atau dengan memperdayakan, tergantung keadaan—menerawang jauh, dengan ekspresi seolah-olah sedang menantikan kejutan menyenangkan yang akan segera terjadi, sebuah ekspresi yang diperkuat oleh alisnya yang tinggi dan sangat rapi, bagaikan semut beriring. Rambutnya tidak ditata bergaya modem dengan segala kerumitan lipatan, gelungan, sasakan, dan aksesorinya, tetapi hanya dibelah dua dan diikat longgar dengan pita biru menjadi ekor kuda di bahunya, dan dari sana rambutnya tergerai di punggung hingga ke lantai., hitam bersinar dan anggun. Gaunnya, dari sutra tipis mengkilap dengan tekstur kontras, juga bermodel klasik, longgar di tubuh dan berlapis-lapis dengan nuansa biru, lengkap dari cerahnya biru danau di gunung tinggi hingga biru gelap langit malam. Lady Shizuka adalah gambaran tepat seorang putri dari zaman Heian. Sebuah zaman, dia mengingatkan diri sendiri, yang sudah lewat berabad-abad lalu. Salah satu zaman keemasan kuno di Jepang pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-11 Masehi, saat perdamaian dan keamanan sangat dijamin oleh penguasa saat itu, Dinasti Heian. SELENGKAPNYA
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi