Kamis, 26 Januari 2017

Siapa Merebus Sentimen Sosial Kita?

Indonesia kita kini berada dalam situasi di mana berbagai sentimen sosial sedang direbus habis-habisan. Sentimen sosial ini begitu riuh, direbus sebagai isu-isu sensitif atau isu sederhana namun sedemikian rupa dibuat sensitif secara kolektif dalam kuali sosial kita. Beberapa isu lama, hoax, dan fitnah pun digunakan untuk merebus sentimen kolektif.

Kebencian menyebar ke mana-mana, dijadikan alat yang memang efektif untuk mendidihkan air sentimen sosial. Dalam proses perebusan sentimen sosial habis-habisan ini, etiket dan etika sosial lumer di bahwa pantat para perebus.

Sebenarnya wajar belaka bahwa berbagai isu berkontestasi dalam kehidupan sosial untuk merebut pengaruh satu sama lain. Namun fenomena mutakhir kita menunjukkan bahwa berbagai isu diangkat tidak lagi dalam kerangka persaingan merebut pengaruh secara dewasa dalam suatu sistem demokrasi yang sehat. Kontestasi budaya dan politik tidak lagi bermartabat. Lebih dari sekadar kontestasi kekuatan-kekuatan sosial, perebusan sentimen sosial secara habis-habisan tanpa disadari telah menjadi tujuan pada dirinya sendiri.

Sentimen adalah perasaaan, pandangan dan/atau sikap berlebihan tentang sesuatu. Karena berlebihan, secara umum ia menjurus pada hal negatif, apalagi bila sentimen itu dibangun pada tataran kolektif menjadi sentimen sosial. Secara ekstrem dapat dikatakan, sentimen sosial adalah perasaan tidak suka terhadap (kelompok) orang lain atas alasan tertentu, terutama atas alasan perbedaan.

Perasaan tidak suka ini direbus terus hingga menjadi kebencian (kelompok) terhadap (kelompok) orang lain. Dan, kebencian akan melahirkan kebencian lagi, bahkan bisa tak berujung sebagai spiral kebencian sosial. Kini kebencian sosial merupakan teror baru yang tentu saja menakutkan bagi kelompok sosial yang dibenci.

Secara umum, sentimen sosial direbus melalui berbagai isu etnis, politik, ideologi, dan agama (baik interagama maupun antaragama). Isu-isu itu demikian konkret belakangan ini. Misalnya, sentimen anti-Tionghoa di(muncul)kan kembali, terutama berkaitan dengan isu politik pemilihan gubernur DKI Jakarta. Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi