Tampilkan postingan dengan label Jurnal Perempuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal Perempuan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Maret 2016

Feminisasi Buruh: Peluang Masuknya Bapak Rumah Tangga

Pengusaha ternyata lebih menyukai perempuan untuk dipekerjakan, karena perempuan dinilai lebih ulet, tekun, dan mudah diatur, di samping untuk menjunjung kesetaraan gender. Alasan lainnya mempekerjakan perempuan adalah karena perempuan mau dibayar murah. Jika mempekerjakan laki-laki berarti mempekerjakan kepala rumah tangga yang menanggung beban seluruh keluarga, berbeda halnya mempekerjakan perempuan yang dianggap hanya menanggung dirinya sendiri. Ketika mereka cuti hamil dan menyusui atau jika mereka single yang kemudian menikah, maka beban dan tanggung jawab akan dilimpahkan ke suami dan mereka akan mengundurkan diri, jadi perusahaan dengan mudah melepas mereka dan merekrut yang lebih baru dan mau dibayar murah. Baca Selanjutnya

Sabtu, 13 Februari 2016

Sertifikat Halal untuk Jilbab

Sertifikat halal biasanya dimaksudkan untuk menyatakan bahwa sebuah produk halal secara syar'i, dan itu umumnya berbentuk makanan, minuman, kosmetik dan obat. Di Indonesia sertifikat halal dibuat MUI (Majelis Ulama Indonesia), banyak yang menyayangkan mengapa bukan label haram yang dibuat sehingga dengan mudah dan cepat kita mengetahui mana produk yang tidak layak dibeli olah umat Islam. Lagi pula, untuk mendapatkan label halal itu produsen harus bayar, dan itu dibebankan pada konsumen. Mestinya, pemberian label halal itu gratis (setidaknya ditanggung negara) sehingga konsumen tak merasa dizalimi. Lihat Selengkapnya

Minggu, 02 November 2014

Dharma Wanita sebagai Identitas Patriarki

Peran sebagai istri para pejabat pemerintahan akan membawa anggota Dharma Wanita pada arus identitas patriarki. Secakap apapun istri seorang PNS golongan II tidak akan menjadikannya sebagai ketua dharma wanita di salah satu instansi. Sebaliknya istri seorang pejabat Eselon II yang tidak memiliki kemampuan memimpin organisasi, siap tidak siap, mau tidak mau harus mau menjadi ketua dharma wanita. Dengan menyandang nama suaminya, istri seorang pejabat tersebut mendapatkan kehormatan lebih dan mendapatkan “fasilitas sosial” yang lebih baik. Baca Lebih Lengkap

Senin, 27 Oktober 2014

Tantangan Peran Politik Perempuan

Tujuan perempuan dilahirkan ke dunia seakan-akan hanyalah untuk menikah dan merawat keluarga. Pandangan ini mengakibatkan hampir semua perempuan dipojokkan ke dalam urusan-urusan reproduksi dan domestik seperti menjaga rumah dan mengasuh anak. Baca Lebih Lengkap

Rabu, 31 Juli 2013

Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan dengan Disabilitas

Sudah cukup layakkah ruang-ruang untuk akses dan kesempatan bagi perempuan dengan disabilitas? Lalu bila pertanyaannya didetailkan lagi, seimbangkah sosialisasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi perempuan disabel dan non-disabel? Bila melihat fakta, jawabannya, perempuan dengan disabilitas masih belum mendapatkan tempat memadai di ruang-ruang publik, dan nyaris tidak tersentuh dengan isu kesehatan reproduksi (kespro). Dengan demikian, tanpa banyak diketahui, ternyata ada diskriminasi terhadap disabel untuk berkarya di ruang publik. Kenyataan ini semakin parah dengan fakta lemahnya penegakan hak-hak mereka terhadap akses sosialisasi dan edukasi kespro yang tidak setara terhadap perempuan dengan disabilitas. Lebih lengkap di Jurnal Perempuan

Kumpulan Puisi: Yang Sakral dan Yang Sekuler

"Pada mulanya adalah ibu", menurut feminis Marilyn French. Bila kita sejenak berpikir, sesungguhnya nabi-nabi besar yang dipuja-puji itu tidak dilahirkan oleh sejarah tapi dilahirkan oleh ibu-ibu mereka. Kumpulan puisi ini adalah terbitan pertama yang ditulis oleh Gadis Arivia. Sebelumnya ia banyak menulis buku-buku teoretis dan refleksi tentang keadaan perempuan. Puisi-puisinya masih memuat pesan tentang ketidakadilan yang dialami perempuan. Baca Selanjutnya

Senin, 29 Juli 2013

Kumpulan Cerpen "Menulis Tubuh"

Adalah kesalahan besar untuk menganggap proses penciptaan cerita pendek lebih mudah daripada novel. Jika kita sepakat pada Susan Hill “Short story is an unforgiving form”, maka kita harus setuju bahwa cerita pendek menyediakan ruang yang sangat sempit untuk sebuah ledakan yang dahsyat. Seperti itulah yang tersaji, antara lain, penuturan kelam dalam Menyusu Ayah (Djenar Maesa Ayu), Ken yang Jahat tapi Baik (Lily Yulianti Farid), Bapakku (Uli Siregar) atau kisah simbolik Perahu Kayu (Novita Ardiawati) yang masing-masing memberi kejutan sekaligus kepiluan. Karya lain memberikan riak yang juga menggerakkan dan mengikat; yang membuat pembaca setidaknya berpikir dan merenung. Sekumpulan cerita inilah yang wajib kita dengar karena sang tubuh berniat memilih hidupnya sendiri - Leila S. Chudori, Penulis dan Wartawan
Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi