Tampilkan postingan dengan label Hertasning Ichlas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hertasning Ichlas. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Desember 2016

Makar dan Senyum Presiden

Apa yang kami takutkan dilakukan Prabowo, dan jadi alasan kami memilih Jokowi, ternyata dilakukan Presiden Joko Widodo saat ini.

Pagi ini sedih membaca berita ada penangkapan lain dini hari ini melanjutkan 10 orang sebelumnya. Hatta Taliwang, seorang orang tua lainnya, dijadikan tersangka dan ditahan.

Hanya di era berhawa fasis, kata radikal yang sebenarnya bagus telah mengalami pembusukan. Sementara kata-kata disiplin dan tertib menjadi segar dan mulia

Riwayat tindakan fasistik dan standar ganda penegakan hukum terlihat begitu merisaukan. Orang yang berencana mengajak masyarakat mendatangi parlemen, dianggap makar dan ditangkapi, sementara mereka yang membubarkan ibadah di Bandung diajak berunding oleh polisi dan pemerintah daerah.

Kita memang perlu awas dan jangan pernah meremehkan tindakan fasis kecil-kecilan seperti pembubaran acara-acara diskusi, bedah buku atau nobar-nobar film. Sebab, bila berhasil, mereka akan mencoba membubarkan yang lebih besar: ibadah, lalu negara.

Yang pernah mengalami gelapnya Orde Baru semestinya takut hal ini: Presidennya senyam-senyum ramah, polisinya nangkepin orang dini hari dengan dalih yang dituturkan media sebagai tindakan mengamankan. Baca Selanjutnya

Selasa, 24 November 2015

Freeport dan Ilusi Bela Negara

Bela negara menjadi salah satu agenda mahapenting di tengah terkulainya rakyat oleh ketidakhadiran negara. Tak ada perdebatan, membela negara adalah tugas mulia bukan saja untuk pejabat negara tapi bagi semua warga negara, tak hanya 100 juta rakyat Indonesia. Namun, maksud baik bisa terasa asing dan kehilangan moral ketika apa yang disebut dengan “membela” masih dipahami sedemikian cetek hanya seputar persiapan perang semesta secara fisik melawan musuh yang datang dari luar sana. Sementara itu, apa yang disebut “negara” begitu naif masih melihat relasi negara-warga negara dengan kaca mata bapakisme (paternalistik). Lihat Selengkapnya

Jumat, 19 Juni 2015

Saat Krisis Ekonomi Mengintai

Krisis ekonomi mengintai. Beban hidup semakin berat. Presiden Joko Widodo masih tertolong bulan madu yang belum usai. Situasi ekonomi Indonesia terus memburuk selama delapan bulan usia pemerintahan Presiden Joko Widodo. Beban hidup terasa semakin berat di pelbagai urusan, namun orang-orang masih lebih banyak merasakannya daripada menyuarakannya. Sebagian penjelasannya karena rakyat masih ingin menikmati bulan madu politik dari kehadiran presiden baru pilihan mereka. Sebagian alasan lain, karena senyapnya intelektual dan media mempelajari dan memperingatkan gejala krisis akibat kesibukan mempersoalkan gegap gempita politik harian. Lihat Selengkapnya

Jumat, 22 Mei 2015

Menengok Kerukunan Sunnah-Syiah di Jepara

Diiringi azan Subuh, di sebuah hotel sederhana namun bersih bernama Elim, kami, rombongan dari Jakarta tiba di Jepara. Saya, Farid Gaban, Ahmad Taufik dan teman-teman YLBHU segera turun dan meluruskan badan di lobi hotel usai perjalanan darat Jakarta-Semarang-Jepara. Suasana subuh yang hening dan tiupan angin dari pohon-pohon Mahoni yang rindang di muka hotel, menggoda saya untuk membakar sebatang rokok. Lama sekali saya tak merasakan suasana seperti itu. Farid Gaban yang setengah tertidur segera masuk kamar diikuti seorang kawan lain. Saya, Ahmad Taufik dan beberapa kawan melipir ke DATA karena dijemput Pak Nasir selaku tuan rumah acara. Lihat Selengkapnya

Sabtu, 16 Mei 2015

Pemerintahan Jokowi Masih Khusyuk Merayakan MP3EI

Arah pembangunan Presiden Jokowi semakin terlihat meniru dan melanjutkan jalan lama presiden sebelumnya yaitu program MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI. Padahal jalan lama itu sudah banyak dikritik dan dikoreksi bahkan oleh lingkaran dalam pendukung Presiden Jokowi saat kampanye presiden lalu. Visi Nawacita dalam praktiknya dikhawatirkan hanya terlihat sebagai istilah baru yang manis untuk pemilih, tapi sebenarnya tak bermaksud untuk mengubah apa-apa. Misalnya penetapan lahan 1,2 juta hektare di Merauke sebagai kawasan ekonomi khusus pertanian dan menjadi lumbung padi nasional oleh Presiden Jokowi. Program ini tak ada bedanya dengan desain pendahulunya, Yudhoyono, saat menetapkan program MP3EI di sektor pangan yang diberi nama Merauke Integrated Food and Energy Estate atau MIFEE. Lihat Selengkapnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi