Tampilkan postingan dengan label Andre Barahamin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Andre Barahamin. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Desember 2016

Gol Yang Dicetak Boaz

GOL.

Eksekusi penalti sukses. Indonesia unggul 2-1. Lalu Boaz Salossa berlari ke arah tribun di mana presiden Jokowi duduk. Dengan gaya mirip Balotelli, ia membuka seragam dan memamerkan kaos bertuliskan ‘Free West Papua!’.

Saat itu, kamera-kamera utama berebutan mencari sorot paling strategis. Lalu di layar besar di dalam stadion, adegan kaos terangkat itu diputar berulang kali. Dengan gerak lambat. Orang-orang menatap tidak percaya. Penonton di stadion, di kafe-kafe dan di rumah terhenyak dan kehilangan kata-kata. Komentator spekulan yang dibayar mahal oleh tivi cuma bisa menelan ludah. Setiap orang Indonesia yang menonton kemudian mengalami terapi kejut level paripurna. Antara percaya dan bermimpi. Di batas yakin dan ketidakmungkinan yang terlalu dominan.

Kemudian di barisan penonton, tampak satu dua orang mengibarkan Bintang Kejora.

Di samping Jokowi, para pejabat negara saling berbisik dengan gusar. Radio telekomunikasi polisi sibuk dengan lalu lintas perintah. Di pintu keluar stadion, beberapa tentara langsung berjaga. Lengkap dengan senapan. Petugas water canon langsung siap di balik kemudi. Mesin dipanaskan. Barracuda merapat dan polisi anti huru-hara segera apel singkat. Perangkat perang dikenakan. Penutup kepala, pentungan, jaket tebal dan sepatu lars.

Tito Karnavian, mantan Kapolda Papua bertangan besi, segera memberi perintah. Semua yang cukup waras pasti tahu bahwa situasi sedang tegang.

Wasit meniup peluit. Penonton bubar dengan perlahan. Tiap orang tampak hati-hati.

Usai pertandingan, para jurnalis mengerubungi Alfred Riedl. Semua penasaran. Pertanyaan datang bergelombang, seperti Laut Aru di bulan Desember.

Boaz, yang malam itu diberi kehormatan sebagai kapten tim nasional juga dikejar untuk wawancara singkat. Tapi, laki-laki asal Sorong ini bergegas ke ruang ganti. Seperti para leluhurnya, para pemburu ikan di danau Ayamaru, ia menutup mulut. Berselibat dengan kebisuan. Sementara di belakangnya, Andik Vermansyah bergegas dengan langkah. Susul menyusul Kurnia Meiga, Hansamu Yama, Bayu Pradana, Rizky Pora dan Stevano Lilipaly. Semuanya menunduk dan tidak ada yang merespon pertanyaan media. Para waraney sepakbola ini seolah bersepakat menjalani senyap, seperti para pemburu babi hutan di belantara Borneo, Andalas, Celebes dan Niugini. Baca Selanjutnya

Rabu, 14 Desember 2016

Adios, Companero Fidel Castro!

Tahun 1959, Presiden Batista digulingkan oleh kelompok komunis revolusioner bersenjata. Mereka mengambil alih kekuasaan dan menetapkan pemerintahan populer baru. Setahun kemudian 6.000 dokter dan tenaga medis profesional memilih eksil. Menyusul di tahun 1963, sekitar 3.000 guru dan sarjana yang minggat. Mayoritas menyeberang ke Florida, Amerika Serikat. Mereka tidak ingin tinggal dan diperintah oleh rezim komunis yang baru saja menggulingkan seorang diktator.

Di saat yang bersamaan, wabah penyakit menyebar luas di desa-desa. Rumah sakit dan pos-pos kesehatan kekurangan dana, peralatan dan sumber daya manusia. Di Havana, banyak fasilitas pendidikan yang mengalami defisit tenaga pengajar. Di daerah pedesaan, banyak sekolah tutup. Sementara, situasi politik juga belum sepenuhnya stabil. Pengadilan militer teradap ratusan loyalis Batista dengan tuduhan pelanggaran HAM sedang digelar.

Namun, sauh kadung diangkat. Kapal mesti berlayar.

Hal pertama yang dilakukan oleh pemerintahan komunis tersebut adalah meluncurkan reformasi serius di bidang kesehatan, pendidikan, hukum, dan reforma agraria. Tujuannya: pengentasan buta huruf, memperbaiki daya hidup, memberantas korupsi, dan merangsang kembali produksi di bidang pertanian. Undang-undang soal ini dirumuskan dan ditetapkan kurang dari satu semester.

Mei 1959, UU Reforma Agraria terbit. Akhir tahun 1960, seluruh perkebunan para bangsawan diambil alih negara. Termasuk perkebunan tebu milik keluarga Castro. Total, rezim Komunis Kuba berhasil mendapatkan dana segar sekitar 25 juta dolar. April 1961, aset tanah milik Gereja Katholik Roma resmi disita. Pertengahan Mei tahun itu, pembagian tanah dilakukan di bawah pengawasan Ministerio de Recuperacion de Bienes Malversados (Kementerian Pemulihan Aset-aset yang Disalahgunakan). Baca Selanjutnya

Senin, 05 Desember 2016

Adios Maestro! Selamat Hari Guru!

SELAMAT HARI GURU. Selamat kepada kalian para buruh pabrik kapitalisme kognitif.

Ah, maaf. Bahasa saya terlampau rumit? Anda kurang paham? Bukankah saya menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar? Bagaimana jika saya mulai dengan hipotesis sederhana.

Guru adalah agen sosial yang merefleksikan pandangan ekonomi politik sebuah rezim.

Bagaimana menjelaskan soal pandangan di atas? Saya mengajak anda semua untuk menengok sebuah perbandingan sederhana.

Tersebutlah sebuah program maha mulia bernama Indonesia Mengajar. Dimulai tahun 2009, dengan harapan menjadi sebuah gerakan ikhtiar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Program ini mengirimkan para sarjana yang baru lulus kuliah untuk mengajar selama setahun penuh di kampung-kampung terdalam, terluar, terisolasi dan ter-ter yang lain. Sebutannya Pengajar Muda. Diharapkan selama berada di lokasi penempatan, anak-anak muda terpilih ini akan belajar bagaimana hidup tanpa listrik, tanpa sinyal telpon, tanpa sumber air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai, dan lain sejenisnya. Hidup seperti proletar yang adalah mayoritas wajah penduduk negeri ini.

Selama bertugas, para Pengajar Muda diharapkan melakukan refleksi dan evaluasi secara berkala terkait dengan tugas mereka di daerah penempatan. Tiap Pengajar Muda diharapkan dapat belajar soal daerah tempat penugasan mereka. Agar mereka harus mampu menjadi jembatan penghubung antara para pemangku kepentingan dengan masyarakat. Kreativitas juga penting. Agar makin banyak kegiatan ekstra pasca hari yang membosankan di ruang kelas. Tumpukan mata pelajaran yang belum tentu berguna secara praktis mesti diselingi dengan hiburan. Anak-anak muda terpilih ini juga diharuskan bisa bersosialisasi. Merakyat terma paling pas untuk ini. Baca Selanjutnya

Rabu, 06 April 2016

Rabu, 09 Desember 2015

Mengepung Papua dengan Tambang

Karena Freeport masih jadi sorotan nasional, ada baiknya jika kita kali ini bicara soal tambang di Papua. Pasti banyak yang belum tahu bahwa PT Freeport Indonesia, yang wilayah jajahannya membentang seluas lebih dari 2,6 juta hektare di Kabupaten Mimika dan Kabupaten Paniai, bukan satu-satunya pemain sektor tambang di tanah Papua. Di Provinsi Papua sendiri, tercatat ada 141 perusahaan (di luar Freeport) yang sedang menjalani studi kelayakan, telah berada di tahap eksplorasi atau bahkan telah beroperasi produksi skala penuh. Lihat Selengkapnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi