Sabtu, 30 April 2016

Mengeksplisitkan Asumsi Kita tentang Mengapa Uang Bukanlah Uang pada Dirinya Sendiri (1)

Apakah kita benar-benar percaya uang yang kita pakai untuk membeli suatu barang adalah benar-benar mampu menilai barang tersebut? Lalu apakah kita benar-benar percaya bahwa uang itu adalah memang uang—bukankah ia cuma kertas yang bisa saja saya cetak dengan printer saya di rumah? Tulisan ini mungkin bisa mencoba memberi jawaban. Bukan melalui buku teks dan teori-teori besar. Tapi cukup dengan logika sederhana. Soalnya, hal ini sudah selalu kita asumsikan dalam tindakan kita sehari-hari. Yang perlu kita lakukan kalau begitu cuma satu: ikuti logika kita pelan-pelan dan sabar. Ya, pelan-pelan, soalnya hari ini kita sudah terlatih untuk berpikir instan dan ogah yang panjang-panjang. Terimakasih untuk cwider, detik.com dan sejawatnya. Juga sabar, karena kali ini kita yang akan berpikir sendiri, bukan seperti kebiasaan kita melempar tanggung jawab berpikir ke orang-orang yang kita coblos, atau kita bayar, atau kita perentahken. LOL.

Oke, mari bayangkan keadaan sebelum ada uang. Saat orang masih bertukar barang satu sama lain. Sampai suatu hari, muncul permasalahan: misalnya, saya yang bertarung mati-matian dengan babi hutan, merasa tidak rela menukarkan sebagian buruan saya itu dengan setangkup beras; sederhana saja, saya merasa itu tidak sebanding. Kesebandingan inilah yang membuat sistem tukar menukar ini menjadi bermasalah. Orang kesulitan menakar nilai baik barangnya sendiri maupun barang yang mau dipertukarkan dari orang lain. Belum lagi saya menakar nilai kerja saya untuk membantu tetangga saya membangun rumah, dan hanya diberi ucapan terima kasih bersenyumkan simpul. Di sinilah perlahan muncul kebutuhan dan akhirnya inisiatif untuk memulai standarisasi “nilai” barang, sedemikian rupa sehingga setiap barang bisa mendapatkan acuan nilai yang sama dan akhirnya bisa diperbandingkan.

Standar ini biasanya adalah barang berharga. Atau apapun yang disepakati (sebagai berharga) oleh orang-orang yang nantinya terikat dengan standar tersebut. Batu berkilau, daun berurat zig-zag, mungkin.. atau perak dan emas. Dengan bersepakat menaksir babi hutan senilai 5 butir kelereng emas, maka teman saya bisa menukarkannya dengan 5 tangkup beras yang satu tangkupnya ditaksir 1 butir. Atau, apabila ia memiliki kelereng emas yang cukup, ia bisa memberikan saya langsung kelereng emas sebanyak 5 buah tersebut. Demikianlah alat tukar menjadi solusi bagi problem pertukaran. Setidaknya untuk sementara waktu. Baca Selanjutnya

Jumat, 29 April 2016

T.D. Asmadi

Jongos + Babu

Tak tahu persis apakah penyakit Omar, tokoh dalam novel Naguib Mahfouz, The Beggar (Pengemis), juga menimpa mantan aktivis kiri Indonesia?

Omar terlibat dalam revolusi Mesir 1952. Paska revolusi, ia menjadi pengacara sukses. Hidup kaya. Kecukupan dan sejahtera. Tapi ia resah. Jiwanya gundah. Merasa ada yang tak beras dalam dirinya. Entah penyakit atau perasaan dikejar-kejar sesuatu yang tak pernah dimengertinya, yang membuatnya selalu galau.

Datanglah ia pada Hamid, seorang dokter yang juga terlibat dalam revolusi, kawan seperjuangannya.
Setelah diperiska sana-sini, Hamid tak menemukan penyakit apapun. Dengan nada menyindir, Hamid berujar: “Engkau mendapat penyakit borjuis.” Apa penyakit borjuis itu? Hamid menyambung: Engkau benar-benar sudah lupa bagaimana caranya berjalan. Kau melahap makanan terbaik, minum anggur yang bagus….”

Mungkin di situlah kelebihan sastrawan peraih Nobel sastra asal Mesir itu, bisa menohok tanpa menghujam. Kalimatnya sederhana: sudah lupa bagaimana caranya berjalan. Ada selaksa makna di dalamnya.

Kita tak perlu mengulas mantan aktivis kiri—sekarang nyaleg—yang harga tato di tubuhnya bisa digunakan untuk makan keluarga jembel berbulan-bulan. Atau, mantan aktivis kiri yang menjadi staf menteri yang bisa membangun rumah seharga 800 juta—sekarang nyaleg juga. Atau, aktivis kiri yang sekarang menjadi anggota dewan terhormat dengan kebiasan menghisap cerutu di café-café kelas satu Jakarta. Tanpa diulas pun, sudah banyak yang tahu. Tokoh-tokoh dalam novel Mahfouz ada semua dalam diri mantan-mantan aktivis kiri Indonesia: melahap makanan terbaik, minum anggur yang bagus. Etalase itu begitu bening sehingga kita bisa melihatnya tanpa terhalang seleret kotoran pun.

Sebaiknya kita mengulas saja: lupa bagaimana caranya berjalan. Kalau kita berangkat dari sastra, ada banyak alegori di sana. Jalan bisa berarti ikhtiar. Ketika berada dalam ideologi kiri, jalan merupakan ikhtiar untuk mewujudkan sosialisme sebagai pengganti kapitalisme. Ikhtiar itu bisa bermacam-macam. Lewat revolusi seperti di Soviet, China atau Kuba. Bisa juga lewat pemilu seperti Chile atau Venezuela. Karena siang ini tak ada revolusi, dan yang ramai dikicaukan adalah pemilu, maka yang terakhir saja yang dikorek. Baca Selanjutnya

Jumat, 22 April 2016

Karakter dan Uang

Puthut Ea - Puthut Ea shared Helvy Tiana Rosa's post. | Facebook

Berkelit dari Kutukan Maritim

Kita sudah tertimpa kutukan minyak. “The curse of oil”. Negeri yang pernah kaya minyak, namun kini menjadi salah satu importir minyak terbesar, sementara itu tetap saja miskin. Baca Selanjutnya

Kumpulan Asep Juanda



This Friday: Artikel Hikmah Jumat

Rabu, 20 April 2016

Wieke Gur

Dari The Ohio Mafia hingga Puisi Esai

"The Ohio Mafia". Frasa itu diperkenalkan oleh Rizal Mallarangeng dalam kata pengantar terjemahan disertasinya, "Mendobrak Sentralisme Ekonomi" (judul asli: "Liberalizing New Order Indonesia: Ideas, Epistemic Community, and Economic Policy Change, 1986-1992"), yang terbit pada 2002 silam. Baca Selanjutnya

Aktivis

Siapakah 'aktivis' itu? Apakah dia sebuah profesi? Pertanyaan itu mungkin sudah lama ngendon di diri Anda. Setidaknya sudah lama ada di diri saya.

Pertanyaan itu menurut saya susah dijawab. Tapi mungkin mudah bagi Anda. Kalau dia adalah profesi, siapa yang membayar dia? Perusahaan, lembaga donor, negara, atau organisasi yang menaunginya?

Kalau dia bukan profesi, lalu apa? Bagian dari sikap politik? Misalnya, dosen juga bisa jadi aktivis. Cari makannya dari dia menjadi dosen, ketika melakukan aktivitas politik maka dia menjadi aktivis. Dengan begitu, seniman, penulis, tukang batu, penjual bakso, semua bisa jadi aktivis. Kalau begitu berarti aktivis adalah pengoptimalan waktu senggang. Waktu yang tersisa. Karena tugas utama mereka ada pada profesi yang mereka geluti. Baca Selanjutnya

Indonesia dengan Wajah Paling Mengerikan

Kemungkinan-kemungkinan terburuk tentang Nusantara.

Andre Vltchek kerap disalahpahami sebagai penulis yang nyinyir dan keji berpendapat tentang Indonesia. Tulisan-tulisannya tentang masalah urban Jakarta kerap menghajar banyak orang. Seperti saat ia menyebut Jakarta sebagai kota fasis yang sempurna. Kota tempat masyarakat miskin diinjak dan dimarjinalkan sistem, sedangkan si kaya dipuja dan menikmati segala fasilitas publik dengan paripurna.

Takziyah Kepada Non Muslim

Tanya:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pak ustad, saya masih bingung dengan jawaban pak ustad dalam memberikan jawaban pada pertanyaan Kaitan Islam dengan Kristen. Anda mengatakan Ketika jenazah seorang pemeluk Kristen lewat di dekat tempat Nabi Muhammad saw. sedang duduk-duduk bersama para sahabat, beliau berdiri sebagai tanda penghormatan. Para sahabat terheran-heran, dan mengatakan, “Itu jenazah orang Kristen.” Rasul menjawab, “Bukankah ia juga jiwa/manusia?” Peristiwa itulah kemudian yang mendasari sebagian tokoh Muslim untuk menghadiri pemakaman Paus Yohanes Paulus II beberapa tahun lalu. pertanyaan saya, apa pernah dalam hadist sahih yang mengatakan bahwa Nabi pernah menghadiri pemakaman seseorang non-Muslim?
Terima kasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
[Panca via surel]

Jawaban Lengkap M. Arifin:
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Saya belum menemukan hadits yang mengatakan bahwa Nabi saw. pernah menghadiri pemakaman orang non-Muslim. Tetapi mengenai bertakziah kepada orang non-Muslim yang meninggal dunia, menurut mazhab Imam Syafi’i dan Abu Hanifah, tidak dilarang. Ibnu Qudamah pun, salah seorang penganut mazhab Hanbali, berpendapat boleh bertakziah kepada orang non-Muslim yang meninggal dunia. Pendapat itu didasarkan pada firman Allah SWT berikut: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS al-Mumtahanah [60]: 8). Baca Selanjutnya

Menggali Nasihat Emas Quraish Shihab

Judul: Kumpulan 101 Kultum Tentang Islam
Penulis : M. Quraish Shihab
Penerbit : Lentera Hati
Cetakan: I, Februari 2016
Tebal : 634 halaman

Setiap Muslim tentu tidak boleh melupakan ajaran agamanya. Bahkan, seharusnya bisa terus menambah ilmu keagamaannya sehingga dapat meingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Dalam upaya untuk meningkatkan ketakwaan umat Islam tersebut, ulama ahli tafsir terkemuka di Indonesia, M. Quraish Shihab, beberapa tahun belakangan ini telah memberikan siraman rohani melalui beberapa stasiun televisi di Indonesia. Dalam layar kaca tersebut, ia biasa memberikan kuliah umum (kultum) di setiap bulan Ramadhan dan hari-hari besar Islam. Baca Selanjutnya

Kebangkrutan BPJS Kesehatan

TERHITUNG 1 April 2016, BPJS Kesehatan (BPJSKes) secara resmi menaikkan iuran. Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 19 tahun 2016, iuran per peserta BPJSKes dinaikkan menjadi Rp. 23.000 per bulan dari Rp. 19.225 per bulan. Sementara bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) swasta tidak mengalami perubahan; PPU yang terdiri dari PNS, Anggota TNI dan Polri, pejabat negara, pimpinan dan anggota DPRD, dan pegawai pemerintah non PNS mengalami kenaikan iuran menjadi 5 persen dari total upah dengan 3 persen akan dibayar pemberi kerja sedang pekerja akan membayar 2 persen. Adapun bagi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PPBU) dan Peserta Bukan Pekerja untuk kelas III, per peserta akan dikenakan iuran Rp. 30.000 per bulan dari Rp. 25.500. Peserta kelas II harus membayar Rp. 51.000 per bulan dari Rp. 42.500. Terakhir bagi peserta kelas I, iuran sebesar Rp. 80.000 harus dibayarkan tiap bulan dari sebelumnya Rp. 59.500.

Alasan yang dikemukakan oleh pihak BPJSKes perihal kenaikan iuran ini terdengar sangat logis: bahwa langkah ini diperlukan untuk menjaga keberlangsungan pelayanan sistem jaminan kesehatan ‘universal’ ini. Pilihan ini seakan tidak terelakkan mengingat BPJSKes tidak mungkin untuk menurunkan jumlah manfaat atau meningkatkan proporsi anggaran mereka dalam APBN. Untuk memperkuat alasan kenaikan ini, BPJSKes lalu mengumbar janji untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap seluruh peserta yang ada. Janji yang manis bukan? Baca Selanjutnya

Gusur Menggusur Gaya Jakarta

Sebuah kota yang berkembang menjadi megaurban niscaya harus menanggung biaya sosial yang tidak murah. Kota menjadi makin tidak ramah bagi rakyat kecil. Dan, atas nama ketertiban dan keindahan, yang namanya permukiman kumuh, liar, pedagang kaki lima, kaum migran miskin, dan lain sebagainya cepat atau lambat akan menanggung akibatnya: ruang gerak mereka dibatasi, ujung-ujungnya mereka akan digusur dan tergantikan oleh ikon-ikon perekonomian firma yang angkuh.

Di Jakarta, di balik makin banyaknya gedung bertingkat, apartemen, berbagai pusat perbelanjaan yang ingar-bingar, dan mobil mewah yang berseliweran, nasib rakyat kecil seringkali ditelikung di sudut-sudut kota yang makin terbatas.

Henri Lefebvre (1974/1991), seorang teoritisi tata ruang yang mengembangkan pemikiran neo-Marxis menyatakan, yang mendominasi praktik ruang di kota-kota besar umumnya adalah representasi ruang. Para perencana dan arsitek urban terus melakukan pembaharuan perkotaan, yang ujung-ujungnya menyebabkan praktik ruang kaum miskin diubah secara radikal oleh representasi ruang para perencana dan arsitek perkotaan yang cenderung lebih pro pada kepentingan kekuatan komersial. Baca Selanjutnya

Senin, 18 April 2016

Melek Politik

Jika anda mau melek politik dan memilih pemimpin tambatan hati, sebelumnya tentukan dulu standar anda. Agar anda punya prinsip, standar sebelum figur. Standar mengenai politik, proses keputusan, keberpihakan, arah/cara pembangunan, dll. Itu sebagian besar dimuat dalam ideologi, membentuk ideologi, meski tidak mesti anda harus setuju pada seluruh isi ideologi. Bagaimana anda bisa melek politik, jika anda tak mau menoleh ideologi? Baiklah politik terlalu najis. Kita ganti, bagaimana anda mengklaim bangga atas negeri, bagaimana mau menjadi warga negara yang baik, bagaimana mau memperbaiki nasib bangsa sendiri tanpa menoleh pada tema-tema ideologi? Tanpa itu, saya percaya anda cuma penganut oportunisme atau tertipu oleh populisme. Bahaya terbesar demokrasi adalah oportunisme segelintir dan populisme massa. (Priyo Djatmiko)

Jumat, 15 April 2016

Menyertakan “Insya Allah” dalam Setiap Rencana

Seorang Mukmin tentu meyakini, bahwa segala sesuatunya terjadi atas kuasa dan izin Allah swt. Allah pula yang Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, maka tawakal, yakni berserah kepada-Nya setelah usaha dan doa maksimal, adalah salah satu prinsip yang patut ia pegang.

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok kecuali dengan (menyebut) Insya Allah (jika dikehendaki Allah). Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (QS. al-Kahfi [18]: 23-24).

Ayat di atas turun setelah Rasulullah saw. menjanjikan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan penduduk Makkah.

Liberalisme, untuk Siapa?

Sekitar empat tahun yang lalu, dalam sebuah pameran buku saya memborong buku-buku terbitan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Buku-buku itu dibeli bukan karena saya setuju dengan pandangan mereka, melainkan karena tertarik dengan cara bagaimana mereka berikhtiar menghidupi pemikiran yang diyakininya. Pada sebuah stand yang penuh menjual publikasi HTI, yang banyak di antaranya saya tahu tidak pernah masuk toko buku, saya menyaring karya-karya terjemahan agar tidak masuk keranjang belanja, dan sepenuhnya membeli karya-karya yang ditulis oleh orang HTI sendiri. Dan hasilnya, menurut saya, adalah gambaran sebuah ikhtiar intelektual yang patut diapresiasi.

Di luar soal politik dan kenegaraan, topik yang saya abaikan dalam belanja buku itu, mereka sangat serius mengkaji soal seperti koperasi, BUMN, APBN, subsidi, politik perekonomian, krisis ekonomi, soal kebijakan moneter, yang dikupas dari sudut pandang “syariat Islam” sebagaimana yang mereka yakini tentu saja. Semua itu ditulis dalam buku yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan, dari beberapa buku, terdapat semacam manifesto mengenai mazhab ekonomi-politik yang sedang mereka bangun di Indonesia.

Para penulis buku itu bukanlah intelektual publik. Namanya tidak pernah muncul di koran atau disebut di majalah, kecuali dalam lingkungan mereka sendiri yang terbatas. Namun, dengan karya-karya itu, yang mereka tulis sendiri, dan mencakup berbagai topik yang bersinggungan dengan soal PUBLIK dalam dosis yang tinggi, terus terang muncul penghormatan yang dalam terhadap ikhtiar intelektual mereka. Meski, sekali lagi, cukup jelas saya tidak setuju dengan interpretasi mereka mengenai syariat Islam dan sistem khilafah. Baca Selanjutnya

Video Rangkuman Aksi #DipasungSemen

Video rangkuman ‪#‎DipasungSemen‬, karya kawan-kawan WatchdoC Documentary.
9:52 menit yang menggambarkan apa yang terjadi dalam dua hari, terutama bila Anda tidak sempat menonton TV.

Sembilan perempuan dari pegunungan Kendeng melakukan aksi pasung kaki di seberang Istana Merdeka sebagai simbol penolakan pembangunan pabrik semen. Mereka adalah Sukinah, Surani, Murtini, Karsupi, Sutini, Ngadinah dari Kabupaten Rembang, Rib Ambarwati dan Giyem dari Pati, serta Deni Yulianti dari Grobogan. Mereka berharap Presiden Joko Widodo datang menemui dan mendengar tuntutan mereka.

Selamat menyaksikan.

Kamis, 14 April 2016

Propaganda Perang Kelas Telah Ditabuh!

Para intelektual liberal-sayap kanan sedang panik menyaksikan aliansi antara kelas menengah progresif dan rakyat jelata.

"Tweet" ini ditulis oleh LA (dedengkot JIL dan Freedom Institute, pendiri/pengelola situs liberal Qureta) menanggapi pembelaan para aktivis dalam penggusuran pemukiman rakyat oleh Ahok.

Propaganda perang kelas telah ditabuh!

(Muhammad Al-Fayyadl)

Selasa, 12 April 2016

Kaitan Islam dengan Kristen

Tanya:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pak Ustadz, misteri masih membayangi saya dengan kaitan Kristen dengan Islam, benarkah saudara yang kita akui adalah Kristen yang memiliki atau pemegang injil barnabas? Karena mereka mengakui adanya Nabi Muhammad saw. dan mengakui Allah SWT adalah Tuhan dan Yesus/Isa adalah nabi/utusan kepada umatnya.

Terima kasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

[Okky via surel]

Jawaban+Lengkap+M. Arifin:
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Yang Anda maksud dengan “saudara” barangkali adalah “saudara seagama”? Kalau itu yang Anda maksud, tentu mereka bukan saudara seagama kita, walaupun beberapa ajaran yang mereka anut sesuai dengan ajaran Islam. Dalam pandangan kami, pengakuan terhadap kenabian Muhammad saw., pengakuan terhadap kemahaesaan Allah dengan segala sifat mulia-Nya, dan juga pengakuan bahwa Yesus (Isa Almasih) adalah nabi utusan Allah kepada umatnya, itu harus dibuktikan dengan memeluk Islam. Sebuah risalah terakhir dari Tuhan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Dalam surat-surat dakwah yang dikirim Nabi Muhammad saw. kepada penguasa Romawi maupun penguasa Persia, beliau antara lain berkata, “Aslim, taslam.” (Peluklah Islam, Anda akan selamat). Dalam arti, selamat dalam mengarungi hidup ini untuk hidup bahagia di akhirat nanti. Baca Selanjutnya

Sistem Pangan: Mau Makan Apa dan Makan Siapa?

PERNAH dengar sistem pangan (Food System)? Ini bukanlah nama generik untuk seluruh pangan yang kita makan. Ini adalah istilah khusus untuk sistem kapitalisme pangan, yang sekarang sudah bermetamorfose dari sejak hulu hingga hilir untuk menguasai apa yang kita makan.

Nama lainnya adalah Rantai Pasokan Pangan (Food Supply Chain), dimana korporasi-korporasi membangun sistem rantai pasokannya masing-masing sejak dari hulu (downstream) hingga hilir (upstream), terintegrasi secara vertikal maupun horizontal, serta saling bekerjasama dan saling menunjang untuk meminimalkan biaya dalam sebuah rantai panjang industri barang dan jasa. Ini dapat dilihat dari gambaran berikut: masifnya unit-unit produksi ternak, ambruknya warung-warung kecil keluarga, dominasi ritel oleh rantai supermarket secara nasional dan internasional, pra-kemasan, resto fast-food, meningkatnya acara makan di luar rumah, camilan-camilan, produk-produk yang tidak musiman, kontrak lahan pertanian untuk produk-produk tertentu, pangan rekayasa genetik, bahan-bahan tambahan, bahan-bahan pengawet, makanan yang dibekukan, merk-merk, iklan-iklan dan diatas semuanya adalah persaingan yang terus menerus dalam menurunkan harga. Dengan metamorfose ini semua, rantai pangan telah beralih-rupa menjadi segmen raksasa dari ekonomi pasar kapitalis. Pangan hanyalah produk yang dikejar untuk bisa dipotong biaya per-unitnya guna menghasilkan keuntungan, didorong oleh persaingan yang kejam dari berbagai supermarket untuk mendapatkan pasar yang lebih besar untuk kemanfaatan para pemilik saham.

Rantai Pasokan Pangan (RPP) atau dikenal juga sebagai sistem pangan (food system) mengacu pada sebuah proses yang menjelaskan bagaimana pangan bermula sejak dari usaha pertanian hingga berakhir di meja makan kita. Proses tersebut meliputi produksi, pemrosesan, distribusi, konsumsi, hingga pembuangan. RPP terdiri dari berbagai ragam produk dan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di pasar yang berbeda-beda serta menjual berbagai variasi produk pangan. Baca Selanjutnya

Ode untuk Trotsky

Banting stir ke kiri, banting stir ke kanan; inilah karakter utama dari Stalin dan para pengikut dan pemujanya. Tidak terkecuali Pablo Neruda, tidak terkecuali Ragil Nugroho. Pada masa kejayaan Stalin, Neruda menghamba-hamba pada Stalin. Setelah Krushchev mengutuk Stalin, ia pun segera berayun ke mana angin menghembus. Ia campakkan fanatismenya terhadap Stalin, dan dengan menyesal mengatakan bahwa ia juga telah memainkan peran dalam membangun kultus individu Stalin.

Tetapi berbahagialah Stalin di liang kuburnya ketika, jauh dari Kremlin, di Lereng Merapi ada seorang yang sampai hari ini masih menjunjungnya begitu tinggi. Tahun 2012 ditutupnya dengan persembahan untuk Stalin: “Ode untuk Stalin”.

Aksi perampokan bank Stalin digambarkan oleh Ragil sebagai peran besarnya dalam Bolshevik, dan dipertentangkan dengan “Trotsky [yang] masih berkutat dengan teori-teorinya yang mandul itu.” Tidakkah Ragil tahu bahwa dua tahun sebelum perampokan bank oleh Stalin itu, yakni pada 1905, meledak sebuah Revolusi penting dimana Trotsky dipilih menjadi Presiden Soviet pertama oleh buruh-buruh St. Petersburg, yakni batalion utama proletar Rusia? Sedangkal itulah pemahaman Ragil mengenai revolusi, yang membatasi pertempuran revolusi pada perampokan bank oleh segelintir orang, sementara Trotsky dengan “teori-teorinya yang mandul itu” memimpin Soviet pertama dalam sejarah Rusia lewat pertempuran aksi massa buruh. Fakta penting yang belakangan ini luput dari perhatian Ragil, karena pada akhirnya Ragil sudah tidak tertarik lagi pada masalah revolusi tetapi tampaknya hanya tertarik pada penyerangan membabi-buta terhadap Trotsky dan pemikirannya. Baca Selanjutnya

Ode untuk Stalin

Rabu pagi: 26 Juni 1907

Udara menyengat. Jarum jam menunjuk angka 10.30. Alun-alun Tiflis ramai. Tanpa diketahui banyak orang, beberapa pemuda buruh bersenjata revolver siaga di sudut-sudut jalan. Di lantai bawah kedai Tilipuchuri para gengster menunggu tanda. Di atap yang tersembunyi, para pengintai berusaha tak memincingkan mata. Sebuah peristiwa penting sedang berjalan. Sebuah operasi rahasia yang disusun oleh Josef Djugasvili selama berbulan-bulan. Semua dikerjakan dengan kehati-hatian tingkat tinggi. Celah kegagalan sebesar rambut pun berusaha ditutup, kalau memang ada.

Akhirnya Bachua memberikan tanda: melemparkan koran yang dibacanya ke samping. Apel—sebutan untuk granat—meledak: empat jumlahnya. Kekacauan menjalar di alun-alun. Seekor kuda terburai isi perutnya. Tubuh yang terkena ledakan terpotong kecil-kecil. Sesaat setelah itu suara tembakan pecah. Polisi tak menduga ada serangan kejutan. Dan dalam waktu kurang dari 15 menit uang milik bank yang dibawa oleh kasir dan dikawal tentara, lenyap.

Itu bukan kisah dalam film laga. Kejadian itu nyata. Dicatat oleh Simon Sebag Montefiore dalam bukunya, Young Stalin. Perompokan uang bank di alun-alun Tifilis itu telah melambungkan pelaku utamanya: Josep Djugasvili—yang kelak dikenal dengan nama Stalin. Baca Selanjutnya

Senin, 11 April 2016

Kumpulan Eep Saefulloh Fatah

Matinya Ilmu Sosial dan Humaniora, Matinya Kemanusiaan Kita

Menurut McLaren, sebagaimana dikutip Agus Nuryanto dalam Mazhab Pendidikan Kritis, terdapat tiga dampak yang dapat muncul dari kapitalisasi pendidikan: (1) adanya praktik sekolah yang mendukung kontrol ekonomi oleh kelas-kelas elit; (2) berkembangnya ilmu pengetahuan yang hanya bertujuan mendapatkan profit material, dibanding untuk menciptakan kehidupan global yang lebih baik; (3) terciptanya fondasi bagi ilmu pengetahuan yang menekankan nilai-nilai korporasi dengan mengorbankan nilai-nilai keadilan sosial dan martabat manusia.

Jika kita meminjam perspektif Teori  Labeling  yang diperkenalkan Sosiolog Mazhab Chichago pada Tahun 1960-1970-an yaitu George Herbert Mead, dalam bukunya yang berjudul, Labeling theory: Social constructionism, Social stigma, Deinstitutionalisation dijelaskan bahwa sebuah perilaku dan identitas diri individu ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur masyarakat dimana individu tersebut berada. Penyimpangan perilaku individu belum tentu inheren dalam diri individu tersebut melainkan didefinisikan atau diberi label secara sosial oleh masyarakatnya. Dengan meminjam pendekatan Labeling di atas, maka munculnya anggapan bahwa Ilmu Alam dan Teknik merepresentasikan anak yang cerdas dan Ilmu Sosial dan Humaniora merepresentasikan anak yang tidak cerdas bersumber dari pemberian labeling, baik oleh para pendidik maupun para orang tua murid pada zamannya yang kemudian diterima begitu saja oleh anak didik pada zaman tersebut. Penerimaan itu lalu mengendap dalam pikiran mereka sampai mencapai dewasa dan menjadi orang tua lalu mewariskan stigma itu pada putra-putrinya tercinta. Artinya, pola pikir seperti ini terus-terusan direproduksi selama puluhan tahun. Baca Selanjutnya

Yang Mati Dipagut Ular

Irmawati, nama aslinya. Berusia 29 tahun. Selepas SMP, ia melakoni hidup sebagai penyanyi dangdut dengan ciri seekor ular sebagai teman atraksinya. Sabtu malam itu adalah pertunjukan terakhirnya. Pada pertengahan lagu kedua, tanpa sengaja ekor sang ular terinjak oleh sepatunya. Tanpa ampun, binatang berbisa itu langsung memagut pahanya. Tak mau lepas hingga lebih dari 10 menit. Tapi Irma seperti tidak merasakan sakit. Ia terus menyanyi dan bergoyang hingga lagunya usai. Penonton bertepuk tangan dan bersorak girang. Sejam kemudian, efek racun ular kobra mulai menyebar. Irma terjungkal di belakang panggung, kejang-kejang dan meninggal tak lama kemudian. Ia menjemput ajal, di panggung yang menjadi sumber penghidupannya selama ini.

Ajaib memang cara-cara manusia untuk bertarung mempertahankan hidupnya. Diganjar bayaran 500 ribu rupiah, ia bergoyang sambil membawa seekor ular yang dililitkan ke tubuhnya. Menghibur penonton hingga tengah malam.

Di layar televisi, Encum (52 tahun), ibu Irma meratap sambil memeluk putri sulung Irma yang masih kelas 2 SD. Dengan raut muka lelah, ia berkisah tentang anak perempuannya yang pekerja keras. Nyaris saban malam memenuhi tanggapan menyanyi dari kampung ke kampung. Siangnya berjualan sepatu dan pakaian. Merawat ketiga anak dan merampungkan tetek bengek urusan domestik. Irma jarang mengeluh. Ibunya bilang, Irma menyimpan impian indah, menyekolahkan ketiga anaknya serta membiayai kedua orangtuanya ibadah umrah ke tanah suci. Baca Selanjutnya

Menyikapi Kesalahpahaman

Tanya:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dear Alif magazine, saya ingin menanyakan sesuatu yang selama ini mengganjal.

Begini ceritanya: Terjadi kesalahpahaman antara saya dengan seorang rekan sekerja. Dia menuduh saya menyebarkan sebuah informasi ke orang lain. Padahal saya pun tahu cerita itu dari orang lain. Mungkin karena merasa dia pernah cerita ke saya, jadi dia lontarkan tuduhan itu ke saya. Informasi yang dia sampaikan ke saya, alhamdulillah saya simpan baik-baik. Setelah kejadian itu, dia mendiamkan saya. Awalnya, saya masih ber-husnudzan padanya, tapi ternyata berlangsung hingga berbulan-bulan. Saat bertemu pun dia cuek, padahal saya sudah lontarkan senyuman. ketika momen lebaran datang, saya pikir hati dia terbuka untuk dapat saling memafkan. Saat memulai aktifitas kembali setelah lebaran, saya bersalaman dengan semua teman-teman kantor termasuk dia. Tapi, sehari setelahnya ia melanjutkan aksi cueknya itu. Teman-teman saya men-support saya untuk tetap semangat dan tidak perlu menggubris sikapnya. Dan saya pun, berharap Allah membukakan mata hatinya. Salah seorang teman menegurnya, untuk segera minta maaf. Tapi, dia bilang nggak akan pernah mau minta maaf. Apakah yang saya lakukan sudah tepat? Doa apa yang harus saya panjatkan kepada Allah, agar hatinya bisa lebih sensitif?

[Hamba Allah via surel]

Jawaban Lengkap Dewan Pakar PSQ:

Minggu, 10 April 2016

Jos Daniel Parera

Kumpulan Intisari

J.S. Badudu

Foto Keramat dan Sang Ratu

Pemandangan yang sama telah saya saksikan selama lebih dari separuh abad hidup saya, sejak lahir. Sebuah kelaziman yang suda di-normal-kan sehingga menjadi sebuah norma atau kaidah baku.

Entah sedang kerasukan roh apa hari itu, saya justru tergoda mempertanyakan norma baku tersebut. Mengapa sebuah gedung yang khusus dibangun untuk kegiatan ilmu pengetahuan tidak dihiasi dengan foto tokoh ilmuwan, misalnya?

Hal yang sama dapat dipertanyakan untuk gedung atau kantor yang berkait dengan olahraga, atau kesenian, atau perdagangan, atau keagamaan. Mengapa selalu dan seragam, harus foto Presiden dan Wakil Presiden? Baca Selanjutnya

Sabtu, 09 April 2016

Qur’an & Answer: 101 Soal Keagamaan Sehari-hari

Sesuai dengan misinya untuk membumikan nilai-nilai Al-Qur’an, Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) berupaya untuk turut menjadikan Al-Qur’an sebagai problem solver yang menjawab berbagai persoalan yang terjadi dalam masyarakat.

Buku ini merupakan kumpulan dari beberapa persoalan dan jawabannya menurut Al-Qur’an yang selama ini terpublikasikan dalam rubrik Qur’an & Answer di majalah online Alhamdulillah it’s Friday (alifmagz.com) yang berada di bawah naungan PSQ.

Dari sekian banyak persoalan yang dijawab oleh Dewan Pakar PSQ di alifmagz.com, dipilih 101 soal yang menyangkut permasalahan agama sehari-hari yang kemudian dikelompokkan menjadi lima bagian. Baca Selanjutnya

Kembalikan Indonesia: Haluan Baru Keluar dari Kemelut Bangsa

Buku ini, "Kembalikan Indonesia: Haluan Baru Keluar dari Kemelut Bangsa" (Jakarta: Sinar Harapan, 2004), ditulis oleh Prabowo Subianto sepuluh tahun silam. Saya mendapatkan buku ini dari seorang kawan di Batavia, pekan lalu. Ini adalah buku yang menawarkan perspektif tajam, terutama terkait soal ekonomi politik Indonesia pasca-Reformasi. Baca Selanjutnya

Ahok, Fahri Hamzah, dan PKS: Antara Moral dan Citra

Salah satu yang paling dikeluhkan dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah komunikasinya yang keras, selain statusnya yang non-Muslim. Ia kerap mengeluarkan kata-kata yang dianggap tak pantas. Tak main-main, poin ini menjadi salah satu titik kritik keras kalangan oposisi Ahok sekaligus pertimbangan bagi calon pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta nanti.

Begitu juga Fahri Hamzah. Ia dipecat dari seluruh jenjang kepartaian Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lantaran, seperti ditegurkan Ketua Majelis Syuro PKS, salah satunya tidak menjaga kesantunan dalam menyampaikan pendapat ke publik. Dengan begitu, posisinya sebagai anggota PKS, apalagi di kursi Wakil Ketua DPR RI, akan mengancam marwah PKS.

Namun, apakah itu melanggar etika atau tak etis? Pertanyaan ini penting untuk diperbincangkan, sebab jika itu menyangkut etika, maka berarti menyangkut moral: tata nilai paling dasar dari manusia. Baca Selanjutnya

Setelah Panama Papers Makan Korban

Panama Papers mulai makan korban. Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson mengundurkan diri pada Selasa (5 April). Sigmundur dan istrinya pernah punya saham secara rahasia pada sebuah perusahaan cangkang (shell corporation) di British Virgin Island (BVI), yang mana perusahaan ini bertindak sebagai kreditor di beberapa bank di Islandia.

Hukum di Islandia memang mengharuskan anggota parlemen untuk membuka kepemilikan saham atau menjual kepemilikan saham pada perusahaan. Pada 2009 ketika masih menjabat sebagai anggota parlemen, Sigmundur memilih untuk menjual seluruh sahamnya kepada istrinya seharga 1 dolar. Namun demikian, hal ini tetap menjadi masalah. Sebab, ketika diangkat menjadi Perdana Menteri pada 2013, dirinya menentukan nasib bank-bank yang dalam kesulitan ekonomi di mana perusahaan istrinya bertindak sebagai kreditur.

Pelajaran dari Islandia adalah adanya potensi konflik kepentingan bagi pejabat publik. Baca Selanjutnya

Jumat, 08 April 2016

Syarat Berbisnis dengan Allah

Bahwa dalam aneka transaksi bisnis salah satu sifat atau syarat utama yang harus menyertainya adalah ketiadaan paksaan. Bisnis harus didasari oleh kerelaan kedua belah pihak, yakni suka sama suka. Karena itu jangan memaksa pihak lain untuk berbisnis dengan Anda. Baca Selanjutnya

Agus Sri Danardana

Bohong Putih, Bolehkah?

Enggan memberi penjelasan panjang lebar kadang membuat kita mencari jalan pintas, yaitu berbohong putih pada anak-anak. Profesor Gail Heyman dari Universitas California membuat satu penelitian dengan menanyakan 130 siswa dan orangtua mereka mengenai berbohong. Ternyata lebih dari 80% dari orangtua mengaku berbohong tentang berbagai hal, walaupun mereka sendiri menyampaikan pesan ke anak bahwa berbohong itu tidak baik. Baca Selanjutnya

Kamis, 07 April 2016

Menambah Kebaikan tanpa Merasa Paling Baik

Ketika kita berada dalam proses memperbaiki diri, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, amal, ilmu, atau keahlian, ada satu hal yang patut kita waspadai kemunculannya: Perasaan lebih baik dari orang lain. Kadang, dengan ilmu kita yang sedikit, kita sudah berani meremehkan orang lain. Baca Selanjutnya

Pembangunan (DI) Indonesia

Bung Hatta selalu menempatkan daya beli rakyat sebagai indikator penting pembangunan, selain indikator ketersediaan lapangan kerja. Itu sebabnya ia selalu menekankan bahwa porsi kapital dan tenaga kerja nasional dalam perekonomian harus dominan. Tentu saja kita membutuhkan kapital asing. Namun, Hatta mewanti-wanti bahwa rente kapital asing sangat mahal, sehingga setiap kegiatan pembangunan yang melibatkan kapital asing harus diperhitungkan benar, dimana pembayaran rente dan cicilannya harus berasal dari proyek yang dibangun dari kapital bersangkutan, dan bukan berasal dari pajak rakyat.

Rabu, 06 April 2016

Pilih Cinta atau 'Jihad'?

Di muka puluhan orang yang menyimak dengan takzim di Kota Hasayan, sekitar 140 kilometer arah selatan Kota New Delhi, Rajeshwar Singh berorasi dengan berapi-api, dengan kata-kata yang membakar. "Kita akan membersihkan seluruh masyarakat Hindu. Kita tak akan membiarkan konspirasi gereja maupun masjid berhasil di tanah Bharat (sebutan lain India)," kata Rajeshwar, dalam Majalah Detik edisi 148.

Andre Barahamin

Teori

Memaklumi Fahri dengan melihat Ahok

Mungkin Anda termasuk yang sebel dengan pernyataan-pernyataan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Lebih-lebih ketika dia membela habis-habisan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan mantan Ketua DPR Setya Novanto. Juga ketika dia mengkritik bahkan menyalahkan apapun yang dilakukan oleh KPK dan Presiden Jokowi.

Namun Anda mungkin juga tak rela Fahri dipecat begitu saja, hanya karena membela kolega atau mengkritisi lawan politik. Tentu ada nilai positif dari pernyataan lugas dan keras seorang politisi setelah sekian lama jagad politik dipenuhi basa-basi.

Apalagi sebagai wakil ketua DPR memang menjadi tugasnya untuk mengawasi pemerintah. Sebagai pimpinan partai oposisi, menjadi kewajibannya pula untuk terus mengimbangi pemerintah. Bukankah politik transaksional yang berbuah korupsi selama ini adalah buah kongkalikong partai-partai politik pemerintah dan oposisi? Baca Selanjutnya

Musik Indorock: Sebuah Kisah

Suara gitar elektrik dan drum saling menderu. Dengan irama boogie woogie, disertai tarikan vokal lincah, sang vokalis berteriak “Let’s rock baby you’re mine yeaaah!”, membuat penonton berjingkrak mengikuti irama. Cuplikan lagu berjudul Rock Little Baby Of Mine itu diproklamasikan sebagai lagu rekaman pertama di Belanda (Van der Plas, 2008:23). Diciptakan oleh band legendaris berdarah Indo di negeri tulip, The Tielman Brothers. Baca Selanjutnya

Jalan Jokowi dan Sektor Ketiga

Jika khawatir atas dominasi parlemen, Presiden Joko Widodo sebenarnya bisa mengadopsi cara Presiden Barack Obama bergulat melawan Kongres: menghadirkan pihak ketiga. Kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2012 ditandai persaingan ketat, seketat persaingan Jokowi versus Prabowo. Mengincar masa jabatan kedua, Obama mengandalkan isu kesehatan untuk memikat pemilih. Lewat ObamaCare, dia dan Partai Demokrat mengusulkan jaminan kesehatan murah yang disubsidi negara. Baca Selanjutnya

Menikah Melangkahi Kakak

Tanya:
Assalamu’alaikum Pak Ustadz.

Saya mau tanya, apa hukumnya apabila seorang adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah, apa benar itu berarti akan sulit atau lama jodoh untuk kakak perempuannya untuk menikah? Dan jika adik dan kakak menikah ditahun yang bersamaan, apakah benar kalau salah satu rumah tangganya ada yang kalah dalam rezeki?

Terima kasih pak Ustadz.

[intan via surel]

Jawab:
Wa’alaikumussalam wr. wb.

Tidak ada masalah adik laki-laki menikah sebelum kakak perempuannya menikah (melangkahi). Sepanjang yang saya ketahui, sumber-sumber teks keagamaan tidak menyebutkan kalau terjadi demikian akan menyulitkan jodoh bagi kakak perempuan. Boleh jadi itu hanya kepercayaan masyarakat atau mitos yang tidak jelas sumbernya. Begitu juga pertanyaan kedua. Adik dan kakak boleh saja menikah pada tahun yang sama. Hal itu tidak ada hubungannya dengan rezeki salah satu dari mereka di kemudian hari.

Wallahu a’lam.

[Muhammad Arifin, Dewan Pakar Pusat Stdi Al-Qur’an]

Nusantari

Namaku Nusantara eh Nusantari. Mmmm… sebetulnya kata ibu aku terlahir laki-laki. Paling tidak begitu menurut perkiraan orangtua dan bidan yang merawat kelahiranku. Kata ibu, bu bidan pernah kebingungan ketika menentukan kelaminku. Ada kelamin perempuan, namun juga ada daging tumbuh mendominasi dan menghilangkan keraguan mereka bahwa aku adalah seorang perempuan. Apalagi aku ini anak pertama. Anak pertama selalu diharapkan laki-laki, sehingga keluargaku tentu lebih menginginkan aku berjenis kelamin laki-laki. Baca Selanjutnya

Buruk dalam Matematika, Warisan Ibu?

Anak-anak yang ibunya memiliki tingkat hormon tiroksin yang rendah dua kali beresiko memiliki kelemahan di bidang matematika. Tiroksin, yang ditransfer dari ibu ke bayi dalam kandungan, sangat penting untuk perkembangan otak. Namun, banyak ibu hamil tak menyadari hal itu. Baca Selanjutnya

Terjerumus Permainan Politik Bahasa

Bahasa sangat mudah untuk dipermainkan, karena setiap kata di dalam bahasa sendiri sangat ambigu. Bisa memiliki berbagai macam interpretasi dan persepsi yang berbeda dan sangat tergantung kepada cara pandang serta pola pikir yang menggunakannya maupun yang menangkapnya. Bukan sesuatu yang aneh menurut saya, bila kata dan bahasa digunakan untuk mencapai tujuan politik. Bukankah kita sangat mudah untuk terlena dan juga sebaliknya, menjadi marah hanya karena penggunaan kata dalam bahasa?! Apalagi jika pemahaman atas kata, bahasa, dan juga konteks dalam penggunaannya tidak dimengerti dan dipahami dengan baik. Semakin mudah pulalah permainan ini dimainkan. Amat sangat mudah sekali!!! Baca Selanjutnya

10 Pesepakbola Top yang Su' Al-Khatimah

Sepanjang sejarahnya, ada banyak tokoh lahir mulai dari Pele, Maradona, Garrincha, Ronaldinho, Zidane dan bintang-bintang saat ini seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang semuanya begitu semangat untuk mengukir prestasi di dunia sepak bola. Namun, di balik nama-nama tokoh dan bintang yang melegenda tersebut, ada beberapa nama yang justru merasakan pahitnya sepak bola. Mereka bahkan harus mengakhiri karier serta hidupnya dengan cukup tragis, bunuh diri..! Baca Selanjutnya

Kejahatan terhadap Perempuan

Mengapa Kita Mesti Khawatir pada Investasi?

INVESTASI. Mungkin, bagi sebagian besar masyarakat kita, kata itu terdengar asing dan mereka tak paham artinya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dengan pengertian di atas menjadi jelas tujuan berinvestasi adalah untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Itulah yang akan dikejar para pengusaha ketika berinvestasi di Indonesia, apalagi dalam pidatonya, Jokowi menjamin kemudahan izin dan pembebasan lahan.

Serangan Cyber Besar-besaran akan Terus Meningkat

Kita telah menyaksikan serangan cyber besar yang akhir-akhir ini cenderung terus meningkat. Sayangnya di dekade berikutnya, serangan cyber besar tersebut bukannya menurun, malah diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini dikemukakan oleh ahli internet yang disurvei oleh Pew Internet.

Jumat, 01 April 2016

Ketika Diskriminasi Menghantui Keluarga PKI

Usaha pembelaan sudah berlangsung sejak lama. Mereka yang melakukannya bahkan sempat menjadi sorotan berita sejumlah media, di antaranya: Ribka Tiptaning. Ribka beberapa kali dikait-kaitkan dengan PKI karena diduga ayahnya anggota PKI. Ribka pun membela diri. Ribka mengatakan, ayahnya ditahan tanpa diadili dan baru dibebaskan setelah 12 tahun dipenjara. ”Bapak saya tidak memiliki kartu anggota PKI dan tidak pernah diadili,” ujar Ribka, seperti yang dilaporkan Harian Suara Merdeka. Ribka yang sudah menulis buku “Aku Bangga Menjadi Anak PKI” menilai tuduhan terhadap dirinya dan juga kepada yang lainnya bukanlah hal baru di negeri ini. Baca Selanjutnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi