Jumat, 27 Maret 2015

Andai Saut Situmorang Dipenjara

Andai Saut Situmorang dipenjara, hanya karena ulah kecilnya mengatakan “bajingan!” dalam polemik buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, maka kita akan kehilangan seorang kritikus yang kreatif memainkan “politik performatif” dalam pergaulan sastra Indonesia kontemporer. “Politik performatif”, seperti dianalisis Judith Butler dalam Excitable Speech, adalah suatu politik yang mempermainkan bahasa untuk bereaksi atas perilaku orang lain, dan menjadikan bahasa suatu tindakan politik itu sendiri. Dalam hal ini, Saut melakukan apa yang tidak pernah dilakukan dalam praktik kritik sastra di Indonesia: meleburkan batas antara kritik sebagai “bahasa tinggi” – yang otoritasnya selama ini dijaga oleh para penunggu akademi sastra – dan sumpah-serapah “bahasa rendah”, antara bahasa teori dan bahasa percakapan, antara bahasa diskursif dan bahasa vulgar keseharian. Lihat Selengkapnya

Senin, 23 Maret 2015

Jurnalisme Mengharukan

Apa yang Anda pikirkan ketika Anda dipertemukan dengan istilah "jurnalisme duh", "jurnalisme ciyeh", atau "jurnalisme buaya darat"? Bagaimana pula dengan "jurnalisme mengharukan"? Benarkah pemerkosa yang menikahi korbannya lebih mengundang haru ketimbang anggota DPRD yang mencabuli pemulung di kandang sapi?

Rabu, 11 Maret 2015

Minggu, 08 Maret 2015

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Cobalah Tengok

Dartar Isi